Mohammad Hilmi Faiq
Dia berbagi tips dan strategi bertani kelapa sawit (Elais guineensis jacq
Aziz mengenal tanaman dengan pelepah berduri ini sejak 1987 ketika dia bekerja sebagai pegawai di perkebunan kelapa sawit milik pengusaha berdarah China. Tahun 1997, dia mulai berupaya mandiri dengan membeli lahan seluas 2 hektar seharga Rp 20 juta.
Lahan ini masih berupa belantara yang ditumbuhi semak, rumput, dan ilalang. Dia lantas membersihkannya dan menanaminya dengan bibit kelapa sawit.
Empat tahun kemudian, kebunnya mulai berbuah dan panennya melimpah. Hasilnya mencapai 3 ton sampai 4 ton per bulan.
Kebun ini tergolong produktif untuk ukuran kebun kelapa sawit petani. Rata- rata kebun kelapa sawit petani hanya menghasilkan 1,5 ton per bulan. Padahal potensinya dapat mencapai 2,5 ton-3 ton per bulan.
”Kalau pupuknya bagus, hasilnya juga bagus,” kata Aziz, yang menerapkan pemberian pupuk minimal 2 kilogram per tahun per pohon.
Dari hasil panen yang melimpah itu, Aziz menambah investasinya dengan memperluas lahan kebun kelapa sawit. Sejak 2008, lahannya telah mencapai 12 hektar dengan hasil panen rata-rata 1,5 ton per bulan per hektar.
Untuk mengembangkan usahanya, Aziz merangkap sebagai tengkulak tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dari petani. Setidaknya dia memperoleh keuntungan Rp 30 per kilo- gram dengan omzet mencapai 300 ton per hari.