Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lahan Telantar Diduga Menjadi Penyebab

Kompas.com - 18/01/2012, 04:20 WIB

Serang, Kompas - Banyaknya lahan telantar di daerah aliran Sungai Ciujung, Banten, yang minim vegetasi, mengurangi daya dukung lingkungan dalam menyerap air hujan. Akibatnya, ketika curah hujan tinggi, air tidak mampu diserap ke dalam tanah.

”Luasan lahan kritis di daerah aliran Sungai Ciujung terdata 65.222,9 hektar, sebagian besar berupa lahan telantar yang tidak ditanami pepohonan oleh pemiliknya,” kata Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum-Ciliwung Stasiun Serang Wilayah Kerja Provinsi Banten Utang Abdul Madjid, Selasa (17/1).

Lahan telantar tersebut tersebar di semua kecamatan sepanjang DAS Ciujung. Lahan itu ada yang dimiliki perseorangan untuk investasi tanah, calon pengembang, dan perusahaan.

Menurut Utang, faktor lain adalah aktivitas penambangan emas dan pasir tanpa izin yang juga memicu erosi dan merusak vegetasi.

Akibat minimnya pepohonan, begitu curah hujan tinggi, air langsung mengalir ke sungai dan meluap, seperti terjadi belakangan ini di sepanjang DAS Ciujung, mulai dari Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, hingga Kabupaten Tangerang.

Pelaksana operasional Bendung Pamarayan, Nendi Zulpandi, mengatakan, debit luapan Sungai Ciujung yang terjadi pada awal 2012 lebih besar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Saat banjir tahun 1996, debit tertinggi di Bendung Pamarayan tercatat 1.365 meter kubik per detik. Pada banjir tahun 2001, debit tertinggi 2.561 meter kubik per detik.

Debit tertinggi banjir tahun 2008 tercatat 1.418 meter kubik per detik. Sementara pada banjir besar 2012, debit tertinggi mencapai 2.600 meter kubik per detik yang berlangsung terus-menerus selama 10 jam, yakni mulai Sabtu pukul 21.00 hingga Minggu pukul 07.00.

Pada saat debit mencapai 2.600 meter kubik per detik, semua pintu air Bendung Pamarayan yang berjumlah delapan dibuka. ”Meskipun semua pintu sudah dibuka, selisih tinggi air di bagian hulu (sebelum pintu air) dengan bagian hilir (setelah pintu air) hanya 50 sentimeter,” tutur Nendi.

Meski aliran air Sungai Ciujung berangsur surut, Nendi juga mengingatkan semua pihak tetap waspada. Pasalnya, puncak musim hujan masih akan berlangsung hingga Februari.

Sementara itu, debit Sungai Cidurian di Kabupaten Tangerang masih tinggi dan membuat banjir semakin meluas. Jika sebelumnya hanya lima desa di Kecamatan Kresek, kini banjir juga merendam lima desa lain di Kecamatan Gunung Kaler. Para pengungsi juga mulai terjangkit penyakit kulit dan diare. (CAS/PIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com