MOSKWA, KOMPAS.com - Angkatan Udara Rusia dikabarkan telah selesai melakukan uji terbang versi terbaru dari pesawat serangan darat Sukhoi Su-25, yakni Su-25UBM. Pesawat ini dilengkapi dengan radar baru, sistem misi otomatis, dan persenjataan yang lebih kuat dan akurat dibanding pendahulunya.
"Komandan Angkatan Udara Kolonel Jenderal Alexander Zelin menandai selesainya uji terbang Su-25 UBM akhir Desember 2011," tutur Drik kepada RIA Novosti, Selasa (10/1/2012) waktu setempat.
Pesawat tempur Su-25UBM adalah varian yang telah dimodernisasi dari Su-25 Frogfoot, yang dikembangkan pada era Uni Soviet akhir 1970-an.
Pengamat militer Rusia, Ilya Kramnik, mengatakan, konsep pesawat ini sama dengan pesawat A-10 Thunderbolt II yang dikembangkan pabrikan Fairchild-Republic dari AS pertengahan 1970-an.
Keduanya adalah pesawat berkecapatan subsonik (di bawah kecepatan suara), yang dibuat untuk menjalankan misi serangan darat sebagai dukungan bagi pasukan infanteri dan kavaleri di darat.
Pesawat tersebut dilengkapi dengan badan yang berlapis baja, untuk menangkis tembakan senapan pasukan musuh, sangat mudah bermanuver, dan dilengkapi dengan berbagai persenjataan berat.
Su-25 sudah berhenti diproduksi pada 1992, seiring dengan penghentian pengembangan berbagai alat utama sistem persenjataan Rusia, setelah berakhirnya perang dingin.
Namun, menurut Ilya, berubahnya sifat konflik dan pengalaman beberapa perang terbuka di era pasca-Perang Dingin membuat pesawat itu dilirik kembali untuk dimodernisasi.
Bagi Rusia, dua kali operasi tempur ke Chechnya dan perang lima hari di Georgia, menunjukkan bahwa pesawat ini mampu memberikan dukungan serangan darat lebih efektif daripada pesawat tempur lain atau helikopter serbu.
Pesawat tempur supersonik berisiko menimbulkan kerusakan tak diinginkan (collateral damage) yang lebih besar, sementara helikopter lebih rentan terhadap berbagai senjata pasukan darat musuh, seperti senapan mesin 40 mm dan rudal panggul Stinger.