KUDUS, KOMPAS
Kondisi ini mengakibatkan petani kesulitan untuk menanam padi karena sawahnya tergenang. Akibatnya, dalam setahun, petani di daerah aliran Sungai Juwana rata-rata hanya bisa menanam satu kali.
Ketua Gabungan Kelompok Tani Bulungcangkring Sukarmin, Minggu (25/12), mengatakan, setiap kali musim hujan, areal persawahan di daerahnya tergenang. Genangan air lama surutnya sehingga sawah selalu berubah menjadi rawa-rawa.
Di Kudus, areal pertanian yang langganan tergenang saat musim hujan berada di Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan, dan Desa Bulungcangkring, Kecamatan Jekulo. Total areal tersebut 865 hektar.
Di Pati, areal pertanian yang kerap tergenang berada di Desa Kasiyan dan Gadudero, Kecamatan Sukolilo, seluas 450 hektar.
Menurut Sukarmin, karena air lama surut, ketika petani hendak menanam padi, musim kemarau sudah tiba sehingga petani akan kesulitan mendapatkan air.
”Kalaupun bisa menanam, kami harus menggunakan pompa air untuk mengairi lahan sawah. Selain itu, serangan hama kerap terjadi sehingga petani paling hanya bisa panen 50-75 persennya saja,” kata Sukarmin.
Menghadapi kondisi ini, petani berharap dukungan pemerintah untuk mencari solusi yang tidak hanya terbatas pada normalisasi sungai. Misalnya, memberikan fasilitas pompa air untuk mendukung program memajukan masa tanam di daerah langganan tergenang.
Kepala Desa Kasiyan Rumaji mengemukakan, normalisasi Sungai Juwana memang sudah dilakukan, tetapi normalisasi itu perlu didukung dengan normalisasi anak-anak Sungai Juwana. Jika tidak, banjir tetap melimpas di area anak-anak sungai.
”Kami berharap pemerintah pusat memperhatikan nasib petani di daerah aliran Sungai Juwana. Saat ini, sudah banyak petani yang enggan mengolah sawah. Kalau tidak ada langkah konkret, produktivitas padi bisa berkurang,” kata Rumaji.
Kepala Seksi Penanggulangan Dampak Banjir dan Kekeringan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Serang-Lusi-Juwana, Hadi Paryanto, mengatakan, normalisasi sungai harus diikuti kesadaran lingkungan masyarakat, misalnya tidak membuang sampah di sungai.
”Hal itu juga harus diikuti dengan pengurangan aktivitas penambangan di Pegunungan Kendeng Utara atau Pegunungan Muria,” ujarnya.