Jakarta, Kompas
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) didirikan pada 1916. Lembaga riset nirlaba milik pemerintah ini meneliti pemuliaan tanaman, bioteknologi, pengolahan hasil, serta pembinaan sosial dan ekonomi petani. Lembaga itu di antaranya menghasilkan 10 varietas unggul, bertandan besar, dan tahan hama.
Menurut Direktur PPKS Witjaksana Darmosarkoro, setiap tahun dihasilkan 30 juta bibit kelapa sawit.
Menurut Asisten Deputi Menristek Bidang Penataan Kelembagaan Sadjuga, Selasa (20/12), akhir tahun ini Kementerian Riset dan Teknologi memilih tiga lembaga riset untuk dibina.
Tujuannya, menjadikannya pusat unggulan iptek tiga tahun mendatang. Lembaga binaan itu adalah Lembaga Penyakit Tropis di Universitas Airlangga Surabaya, Pusat Kajian Buah Tropika di IPB, dan Pusat Kajian Pengembangan Lahan Suboptimal di Universitas Sriwijaya Palembang.
Penetapan pusat unggulan iptek berdasarkan empat kriteria, yaitu banyaknya publikasi ilmiah tingkat nasional dan internasional, kemampuan membentuk jejaring, penggunaan produk riset, serta kemampuan membangkitkan ekonomi masyarakat.
Menurut Sadjuga, hampir semua lembaga riset tak punya fokus riset yang komprehensif. Kegiatan penelitian terlalu beragam. Itu juga terjadi pada lembaga penelitian non-kementerian di bawah Kemristek.
Lembaga yang ditetapkan sebagai pusat unggulan akan mendapat insentif Rp 150 juta per tahun. Pusat ini akan jadi koordinator bagi lembaga terkait untuk riset unggulan yang ditetapkan Kemristek. Kegiatan riset dalam bentuk konsorsium.
Seusai penandatanganan rencana induk pengembangan pusat unggulan iptek dan penetapan pusat unggulan iptek tahun 2011, Senin lalu, Menristek Gusti Muhammad Hatta mengatakan, hingga tahun 2014 akan dipilih 10 lembaga riset untuk dibina.
Lembaga itu akan dijadikan pusat unggulan guna mendukung enam koridor ekonomi sesuai Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia.