JAKARTA, KOMPAS.com - Bacharuddin Jusuf Habibie (75) dalam Kuliah Kenangan Sutan Takdir Alisjahbana di Taman Ismail Marzuki Jakarta, Rabu (14/12) malam, mengambil judul, "Quo Vadis Indonesia?"
"Saya ingin menyampaikan lewat Power Point (program komputer untuk presentasi), tetapi tidak ada. Saya minta, pemerintah daerah supaya melengkapi gedung ini (Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki) supaya diberi fasilitas yang modern," kata Habibie.
Habibie menguraikan kekinian tentang masyarakat yang menjadii konsumen produksi masyarakat negara lain.
Habibie mempertanyakan, bagaimana masyarakat dapat berkembang dan menjadi unggul jika karya dan produksinya tidak dibina sedini mungkin? Bagaimana masyarakat harus bersaing dengan masyarakat (negara lain) yang telah menikmati insentif pembinaan dan pengembangan?
"Sadarkah kita bahwa di dalam produk impor tersembunyi jam kerja masyarakat lain?" kata Habibie.
Habibie meenyebut, kita kaya tapi miskin (kaya sumber daya alam, miskin penghasilan). Kita besar tapi kerdil (besar wilayah dan penduduk, kerdil produktivitas dan daya saingnya). Merdeka tapi terjajah (merdeka secara politik, terjajah secara ekonomi). Kuat tapi lemah (kuat dalam anarkisme, lemah dalam menghadapi tantangan global). Kemudian, kita itu indah tapi jelek (indah potensi dan prospeknya, jelek dan korup dalam pengelolaannya).
"Mau ke mana kita? Quo vadis Indonesia?" kata Habibie.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.