Durban, Rabu -
”Penggundulan hutan menyebabkan jutaan orang kehilangan penghidupan dari hutan serta jasa lingkungan krusial untuk keamanan pangan, kesejahteraan, dan kesehatan lingkungan,” kata Asisten Sekretaris Jenderal FAO Eduardo Rojas-Briales di Durban, Rabu (30/11). Di Asia, deforestasi masif di China karena perluasan perkebunan.
Data itu diambil FAO yang pertama kalinya menggunakan satelit untuk pemetaan hutan. Di Amerika Selatan dan Afrika, penggundulan hutan karena perubahan fungsi menjadi daerah pertanian.
Sepanjang 15 tahun penelitian, total hutan hilang 72,9 juta hektar, lebih rendah 32 persen dari perkiraan semula. Dari survei itu diketahui, kawasan hutan menutup 30 persen permukaan daratan seluruh dunia.
Sementara itu, para perunding utusan lebih dari 190 negara anggota Kerangka Kerja Konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC) berusaha mencari titik temu menentukan langkah pengurangan emisi gas rumah kaca, penyebab meningkatnya suhu atmosfer bumi. Pengurangan emisi bertujuan menghambat kenaikan hingga 2 derajat celsius pada 2100 dibandingkan dengan suhu atmosfer bumi pada masa Revolusi Industri, 150 tahun lalu.
Kenaikan suhu bumi 2 derajat celsius akan mengakibatkan naiknya intensitas dan frekuensi bencana, seperti kekeringan, banjir, badai, dan naiknya permukaan air laut.
Di Jakarta, Ketua Departemen Hubungan Internasional dan Keadilan Iklim Walhi Teguh Surya menegaskan, konferensi di Durban dikhawatirkan hanya akan menghasilkan mekanisme pasar baru mengakomodasi kepentingan industri negara maju. Kemungkinan lain adalah tidak adanya kesepakatan mengikat sebagai lanjutan dari komitmen pada Protokol Kyoto yang tahap pertamanya akan berakhir tahun depan.
”Seharusnya Indonesia sebagai negara yang diharapkan menjadi pemimpin penyelamatan iklim mengambil sikap jelas dan tegas,” katanya.(AFP/LIVESCIENCE/ISW)