Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TAJUK RENCANA

Kompas.com - 26/10/2011, 03:29 WIB

Membangun Saling Percaya

Situasi Papua yang memanas menciptakan keprihatinan baru bangsa ini. Berbagai pendekatan telah dilakukan, tetapi rantai kekerasan belum bisa disudahi.

Dalam beberapa hari terakhir, serial kekerasan terjadi di bumi Papua. Ada unjuk rasa pekerja PT Freeport soal upah, ada penembakan di kawasan Freeport yang mengakibatkan tiga orang tewas, ada pembubaran Kongres Rakyat Papua III yang berubah menjadi kekerasan, dan terakhir penembakan Kepala Kepolisian Sektor Mulia di Bandara Mulia, Puncak Jaya. Dalam dua pekan terakhir delapan orang tewas!

Menarik apa yang disinyalir peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Adriana Elisabeth, seperti dikutip harian ini, terus berlangsungnya kekerasan di bumi Papua hari-hari terakhir ini menunjukkan siklus kekerasan di Papua belum terputus.

Kekerasan yang terjadi di Papua tak bisa dilepaskan dari sejarah panjang relasi antara Papua dan Jakarta. Terasa adanya ketidakpercayaan yang tulus antara elite Jakarta dan elite Papua. Relasi itu ikut memberikan kontribusi belum ditemukannya solusi hakiki soal Papua. Wajah keindonesiaan di Papua mungkin tidak terlalu ramah bagi warga Papua dan juga mungkin sebaliknya.

Otonomi khusus telah diberlakukan di Papua melalui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua. Representasi kultural Papua diwadahi dalam Majelis Rakyat Papua yang mempunyai sejumlah tugas dan wewenang. Namun, yang menjadi pertanyaan, apakah Majelis Rakyat Papua betul-betul telah diperankan sebagai representasi kultural aspirasi Papua? Kalau belum, mengapa itu sampai bisa terjadi?

Kekerasan diyakini bukanlah solusi untuk mengakhiri konflik. Kekerasan yang dilawan kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan baru sehingga akan terjadi spiral kekerasan. Sementara kita sendiri mungkin belum mengetahui secara persis akar masalah terus terjadinya kekerasan di Papua. Akar konflik Papua harus terus digali sehingga kita bisa menemukan solusi yang paling tepat.

Mengutip pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di sejumlah media massa, 16 Agustus 2011, menata Papua dengan hati adalah kunci dari semua langkah untuk menyukseskan pembangunan Papua sebagai gerbang timur wilayah Indonesia.

Dialog adalah solusi damai yang harus terus diupayakan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hukum tentu harus ditegakkan karena membunuh dan menembak orang sampai mati adalah tindak pidana. Pendekatan keamanan harus dilengkapi pendekatan lain, seperti pendekatan kesejahteraan dan pendekatan kultural. Dengan pendekatan yang holistik dan dialog yang tulus, kita meyakini masalah Papua bisa diselesaikan, sebagaimana kita juga bisa menyelesaikan problem di Aceh. Kemungkinan internasionalisasi masalah Papua sejauh mungkin dihindarkan karena potensi untuk itu ada!

Pemimpin yang Efektif

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com