JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Setara Institute Hendardi mempertanyakan munculnya Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Chandra M Hamzah dalam konferensi pers pemeriksaan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin.
Nazaruddin adalah tersangka dalam kasus suap pembangunan Wisma Atlet di Palembang, yang dalam pelariannya ke sejumlah negara sempat menyatakan bahwa ia pernah bertemu, bahkan memberikan sejumlah uang kepada Chandra Hamzah.
"Kemarin (Sabtu) pemeriksaan barang bukti itu, lihat ada beberapa orang yang dituding duduk di situ juga, bagaimana terjadi proses semacam ini. Ini kan jadi seperti main-main dan seperti dianggap tidak ada masalah dengan itu. Padahal ini kurangnya kepercayaan publik justru berangkat dari masalah itu," kata Hendardi, kemarin.
Hendardi mengungkapkan itu sebagai bagian dari desakannya agar Komite KPK harus segera menyelesaikan pelanggaran etik yang yang diduga dilakukan oleh sejumlah pimpinan lembaga tersebut.
"Komite Etik KPK itu harus bekerja lebih cepat dari pemeriksaan Nazaruddin, agar komite etik dapat segera menentukan siapa-siapa saja yang salah secara etik di dalam KPK, Itu menghindari pemeriksaan Nazaruddin dilakukan oleh orang-orang yang bermasalah," ujar di Hotel Atlet Century, Jakarta.
Ia berpandangan, harus ada orang yang netral dalam menangani kasus tersebut, jika ada temuan dari komite etik yang mengarah kepada kecurigaan tadi. Ke depan, tutur Hendardi, KPK juga harus memberikan akses seluas-luasnya dalam penanganan kasus Nazaruddin.
Pasalnya, banyak orang termasuk KPK yang berkepentingan terkait pernyataan Nazar, yang menjerumuskan sejumlah nama. Tak hanya Chandra Hamzah, namun Ade Raharja, Haryono Umar, hingga Juru Bicara KPK, Johan Budi pun disebutkannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.