Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paling Aman Jadi Koruptor...

Kompas.com - 03/07/2011, 04:47 WIB

Aryo Wisanggeni G

”Paling enak numpak motor, paling aman numpak sepur. Paling aman dadi koruptor, nek konangan ya ndek Singapur...” (Paling nyaman naik motor, paling aman naik sepur. Paling aman menjadi koruptor, kalau ketahuan ya ke Singapore...).

Itu parikan atau pantun dari seniman ludruk Kartolo yang dilontarkan dalam pentas Kartolo Mbalelo di Taman Ismail Marzuki (TIM), 1-2 Juli. Begitulah kesenian rakyat selalu mempunyai cara untuk ”menusuk” lakon sosial politik dengan guyon parikeno, candaan satiris yang membuat orang tertawa di tengah kepahitan panggung kehidupan negerinya.

Nyatanya, lelucon Kartolo (64), Sapari (66), dan Nurbuat (62) pun mengocok perut pejabat dan politisi seperti Mahfud MD dan Pramono Anung plus ribuan penonton yang memadati Graha Bakti Budaya TIM itu. Mereka memang kampiun ludruk, seni pertunjukan tradisional Jawa Timur-an yang menjadi kanal rakyat kecil menyalurkan rasa resah dengan tertawa. Di tangan ketiganya, adu parikan yang merupakan salah satu pakem ludrukan sungguh mengocok perut.

Parikan di atas adalah semacam pantun berbalas yang dilontarkan Kartolo, lalu disambar Nurbuat. Kartolo juga menyampaikan

kidungan yang menampilkan karakter egalitarian dan blak-blakan arek Suroboyo yang tak pernah mbendhol mburi (bersiasat menyembunyikan isi hati). Kidung soal korupsi bisa berujung cerita Kartolo soal honor pentasnya yang bakal jadi ”uang mampir”. Simak kidungan Kartolo yang berupa satire rakyat:

Kadang-kadang dulur, ana sing lali. Senengane tumindak nyalah, memperkaya diri. Gak ngerti wong cilik golek duit, sorone setengah mati. Dadhak duit negoro, ya digrogoti (kadang-kadang saudara ada yang lupa. Suka bertindak salah memperkaya diri. Tak tahu rakyat kecil mencari uang setengah mati. Ternyata uang negara digerogoti).

Dari satire sosial itu, Kartolo langsung menertawakan kondisi diri sendiri. Kepahitan hidup yang disikapi dengan sukacita. Ia mengatakan bahwa ia senang menjadi saudara dan seniman asal jujur dan punya hasil yang halal meski honor habis untuk membayar utang. ”Rejekine awak bengi iki, aku dijak gabungan. Disangoni thok Rp 50 juta, dinggo nyaur utang,” ujar Kartolo disambut tawa penonton.

Satire politik

Ludruk menjadi satire politik. Seniman muda Cak Lontong menjadi Ketua Partai Gajah Oling yang korup. Kalau saja Cak Lontong muncul lebih awal dalam adegan kampanye Partai Gajah Oling, separuh awal adegan itu mungkin akan lebih jenaka. Kartolo yang sempat mati gaya di awal adegan menjadi hidup setelah Cak Lontong berseloroh.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com