Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kejujuran Itu Bernama Siami

Kompas.com - 16/06/2011, 02:24 WIB

Jaleswari Pramodhawardani

Ketika William Shakespeare mengatakan, honesty is the best policy, kejujuran adalah kebijakan terbaik, tentu maksudnya tak sekadar memerkarakan bahwa kebohongan adalah sesuatu yang buruk, atau dalam bahasa lebih religius, sebuah dosa.

Frase ini punya makna literer jelas: kejujuran memang pilihan terbaik. Karena itu, kejujuran tidaklah sama dengan kebenaran (truthfulness). Ia terhubung dengan integritas dan lebih menyiratkan ketulusan: kebenaran untuk diri. Tentu ini tak selalu berarti ”tidak bohong”, tetapi lebih pada jalan lurus integritas seseorang. Karena itu, mungkin sulit bagi sebagian orang memahami mengapa untuk kesetiaan terhadap integritas, perempuan seperti Siami rela menempuh jalan terjal demi tegaknya kebenaran yang ia yakini. Ia rela terusir dari rumahnya karena lebih memilih nurani daripada memanipulasi kejujuran.

Potret langka

Siami adalah potret langka. Ia membukakan hati dan pikiran kita bahwa menjadi perempuan sekaligus ibu sungguh tak mudah di negeri ini. Apalagi ketika beban kultural mendidik generasi ini diserahkan sepenuhnya pada tanggung jawab ibu, yang kerap berhadapan dengan institusi pendidikan yang ironisnya justru menggerus nilai itu.

Siami dihujat dan diusir warga dan wali murid lantaran melaporkan kasus mencontek massal saat ujian nasional SD, Mei silam. Anaknya, Alif, adalah murid pintar di sekolahnya dan mewarisi integritas dirinya. Namun, di negeri ini kombinasi keduanya ternyata tak melulu berkah, kadang justru mendatangkan musibah. Buktinya, ia diperintah gurunya memberikan contekan kepada teman-temannya saat ujian nasional. Perintah itu telah membuatnya gelisah, yang ia ceritakan kepada Siami, ibunya.

Siami tentu terkejut. Ia tak pernah membayangkan nilai dan prinsip kejujuran yang ditanamkan kepada anaknya—agar menghargai kerja keras dan kemampuan sendiri—justru membentur institusi pendidikan yang diharapkan akan memperkokohnya.

Siami kemudian melaporkan kepada kepala sekolah dan komite sekolah tentang tragedi ini. Di luar dugaan, ia tak mendapatkan tanggapan yang memadai. Akhirnya ia menempuh jalan sendiri. Ia melapor ke dinas pendidikan, kemudian ditindaklanjuti penyelidikan oleh anggota DPRD setempat. Hasilnya, kepala sekolah diberhentikan dan dua guru diturunkan pangkatnya.

Atas laporan itu pula, Siami kemudian dihujat dan dicemooh wali murid lain dan warga, yang membuatnya tersingkir dari rumahnya sendiri. Alasannya, ia dianggap memberikan citra buruk bagi prestasi sekolah.

Absennya kejujuran

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com