Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beginilah Gaya Turis di Menara Pisa...

Kompas.com - 13/05/2011, 15:46 WIB

KOMPAS.com - Saat saya sedang asyik mengambil gambar menara Pisa, saya dibuat kaget oleh seorang turis asia yang memonyongkan mulutnya bagaikan hendak mencium pipi saya! Halah, ternyata dirinya sedang bergaya untuk difoto, seolah-olah sedang mencium si menara yang menjadi incaran utama obyek wisata di Italia. Kirain....

Liburan terakhir kami di Italia adalah mengunjungi kota Pisa. Kota yang sudah lama menjadi rengekan si sulung, Adam, karena penasaran ingin melihat menara miring. Kebetulan memang kota Pisa berdekatan dengan kota Firenze, jadilah kota yang tersohor di seluruh dunia ini, menutup liburan kami di Italia.

Saat memasuki kota Pisa, suasana berbeda sekali dengan di Firenze. Hawa lebih hangat dan bau turis pun, istilahnya bagi saya, berbeda. Mungkin hanya perasaan saya saja, namun mata dan hati saya melihatnya beda sekali. Bila di Firenze, saya merasa dikelilingi oleh karya seni, perasaan saya sepertinya memasuki celah dunia lain. Bagaikan sebuah lukisan dengan dasar warna kelam, bangunan berbatu gelap menjulang  namun bila lukisan itu itu terobek warna warni pelangi yang muncrat menyebari kanvas lukisan. Firenze juga merupakan kota yang sangat padat dengan turis, namun keberadaan dan keramaian turis yang ada di kota Pisa, terlihat lebih semarak.

Kami pun merasakan hal yang berbeda di sini, hati terasa lebih riang dan ikutan heboh melihat wisatawan yang datang bergaya serba aneh. Begitu memasuki gerbang kota tua Pisa, mata segera bertemu dengan panjangnya kios souvenir, manusia dimana-mana dengan kamera foto, orang bertingkah kocak. Biasanya kan kalau difoto, gaya orang suka dibuat sekeren mungkin. Pokoknya, terlihat gaya dengan senyum semanis mungkin, dan posisi badan sebaik mungkin, apalagi wanita kalau bisa terlihat seksilah. Nah! Di depan menara Pisa ini, yang ada, para manusia, gayanya luar biasa konyol. Semuanya itu mereka lakukan demi mendapatkan gambar seolah-olah sedang menyentuh, merangkul, menahan, mendorong hingga mencium si menara miring....

Kata suami saya, Kang Dadang... "He-he-he-he... menaranya miring sih, jadi orang-orangnya ikutan miring!'. Ahhh bisa aja!

Tapi, itulah kehebatan si menara, kami pun yang ikutan meledek pengunjung karena terlihat kocak, ehhh ujung-ujungnya kami berempat juga terhipnotis melakukan kekonyolan yang sama, ya tentunya untuk tujuan yang sama dengan wisatawan lainnya. Kedua anak kami sampai kesal, karena harus bergaya lama dan tak boleh bergerak, agar ibunya bisa mendapatkan hasil semaksimal mungkin. Karena memang tak mudah memotret rekayasa...

Menara Pisa

Setelah puas, mengambil gambar. Saatnya mengunjungi beberapa bangunan bersejarah di kota ini. Kami memulai tentunya dari menara Pisa. Menara Pisa dibangun tanggal 9 Agustus 1173 saat memasuki tahap lantai ketiga, posisi menara sudah terlihat menjadi miring.  Ada yang menyatakan karena dibangun di atas tanah yang lembek sehingga fondasi menara bergerak. Namun ada juga yang menyatakan kesalahan dalam konstruksi pembangunan. Sampai saat ini tak ada yang tahu sebab pastinya. Maka setelah lantai ketiga selesai dibuat yaitu tahun 1178, pembangunan menara terhenti selama 90 tahun.

Sembilan puluh tahun berikutnya, empat lantai mulai dibangun kembali. Dan berhubung si menara sudah miring, maka pembangunan berikutnya pun mengikuti kemiringan si menara, menurut sejarah agar tak terlihat bengkok. Sekali lagi, pembangunan kembali terhenti di tahun 1301. Barulah pada di tahun 1372 pembangunan menara terselesaikan dan lonceng-lonceng dipasang.

Menara Pisa, sempat ditutup bagi umum pada di awal tahun 1990. Alasannya ditutup, dikarenakan bangunan yang menyedot wisatawan mancanegara nomor 1 di Italia ini, dianggap mulai mengalami kerusakan, dan si bangunan pun menjadi semakin miring diperkirakan antara 4 hingga 5 meter kemiringannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com