Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gedung Baru DPR atau 32.000 Sekolah?

Kompas.com - 12/04/2011, 18:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Keputusan DPR melanjutkan pembangunan gedung baru dengan anggaran Rp1,1,38 triliun masih menuai kecaman. Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Gedung Baru DPR melansir, angka pembangunan gedung baru wakil rakyat setara dengan biaya pembangunan 32.000 gedung sekolah di seluruh Indonesia. Pilih yang mana?

"Apabila anggaran gedung DPR senilai Rp1,138 triliun digunakan untuk pembangunan sekolah, setidaknya dapat membangun sebanyak 32.000 gedung sekolah yang baru," kata salah seorang aktivis koalisi, Emerson Yuntho, di Gedung DPR, Selasa (12/4/2011).

Oleh karena itu, koalisi menilai, Dewan sebagai lembaga perwakilan rakyat tidak sensitif terhadap keadaan masyarakat saat ini. DPR dituding lebih mengutamakan kepentingannya sendiri daripada memprioritaskan kepentingan publik. Selain itu, anggaran pembangunan gedung baru dinilai bisa dialokasikan untuk sektor pendidikan, kesehatan, ataupun pertanian. Koalisi mencatat, data Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2008 menunjukkan jumlah gedung sekolah dasar hingga menengah atas di Indonesia yang mengalami kerusakan mencapai 170.000 sekolah.

Sementara itu, di sektor lainnya, anggaran pembangunan gedung yang direncanakan hingga 36 lantai ini dapat dialokasikan untuk pengadaan lahan sawah hingga 20.000 hektar atau justru membangun 11.600 rumah sederhana untuk masyarakat.

Koalisi menuntut agar rencana pembangunan gedung baru segera dibatalkan. Dengan demikian, anggarannya bisa dikembalikan DPR kepada negara untuk menambah jumlah anggaran peningkatan kesejahteraan rakyat. 

Jangan dibandingkan

Akhir pekan lalu, anggota Fraksi Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana, meminta masyarakat tidak menganalogikan gedung baru DPR dengan gedung-gedung sekolah yang tak layak pakai. Menurutnya, masing-masing sudah memiliki anggaran sendiri.

"Jangan analogkan gedung DPR dengan bangunan (gedung) SD. Sudah ada budget masing-masing. Gedung SD itu sudah ada budget sendiri, 20 persen APBN," ujar Sutan, Sabtu (9/4/2011) di Jakarta.

Ia menilai, penolakan publik karena sikap apriori terhadap parlemen. Namun, Sutan menekankan, pelaksana proyek pembangunan gedung baru DPR harus melakukan penghitungan ulang dan merancang kembali desainnya. Menurut dia, dari sisi luasan ruangan dan tata letak bisa diredesain agar ada penghematan anggaran.

"Bagaimana bisa hemat kalau memakai desain lama? Sebaiknya didesain ulang sesuai dengan kemauan masyarakat. Yang jelas, semangatnya penghematan. Desain bisa diubah, ruangan anggota tidak perlu seluas itu," ujarnya.

"Tapi jangan dibilang jangan bangun gedung. Kita butuh, kok," tambah Sutan.

Seperti diketahui, di gedung baru DPR nanti, setiap anggota Dewan akan menempati ruangan seluas 112 meter. Dengan harga per meter mencapai Rp 7,2 juta, maka harga satu ruangan anggota ditaksir hampir Rp 800 juta. Ruangan itu akan ditempati anggota DPR bersama satu asisten pribadi dan empat staf ahli. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

    Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

    Nasional
    Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

    Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

    Nasional
    Logo dan Tema Hardiknas 2024

    Logo dan Tema Hardiknas 2024

    Nasional
    Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

    Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

    Nasional
    PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

    PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

    Nasional
    Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Nasional
    BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

    BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

    Nasional
    Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

    Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

    Nasional
    GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

    GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

    Nasional
    Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

    Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

    Nasional
    Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

    Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

    Nasional
    Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

    Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

    Nasional
    Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

    Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

    Nasional
    5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

    5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

    Nasional
    Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

    Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com