Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Takut Jadi Hakim

Kompas.com - 25/03/2011, 03:07 WIB

Bertugas memilih hakim agung, tetapi takut menjadi hakim. Itulah pengakuan Ketua Bidang Pengawasan Hakim dan Investigasi Komisi Yudisial Suparman Marzuki (50).

”Saya tak sanggup menjadi hakim. Itu dunia kerja yang imun dari keanehan,” kata Suparman di hadapan peserta sosialisasi dan penjaringan calon hakim agung di kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Sulawesi Selatan, pekan lalu.

Baginya, tugas hakim itu berat. Ibaratnya, sebelah kaki di surga, sebelah lagi di neraka. Karena itu, meski sempat disemangati kerabatnya untuk menjadi hakim atau pengacara, Suparman muda bertekad menjadi pengajar. Jadilah ia dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta sampai kini.

”Sekalipun saya tahu, menjadi dosen tak mungkin kaya,” katanya sambil tertawa.

Komisi Yudisial tengah membuka pendaftaran seleksi calon hakim agung. Targetnya, akhir Juli nanti diperoleh 30 calon hakim untuk diajukan ke DPR. Suparman berulang menegaskan, hakim ibarat wakil Tuhan di dunia. Maka, integritas moral pun menjadi pertimbangan utama dalam seleksi.

”Kalau soal kualitas, itu bisa dipelajari,” katanya.

Meski takut menjadi hakim, Suparman rupanya tak takut pada durian. Jadilah, seusai acara di kampus Unhas siang itu, pria kelahiran Tanjungkarang, Lampung, ini lantas menyantap buah yang memiliki kulit berduri tersebut. (DIK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com