Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imparsial Nilai Kapolri Salah Kaprah

Kompas.com - 03/03/2011, 16:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - The Indonesian Human Right Monitor, Imparsial menilai Kepolisian RI salah kaprah dalam pembentukan Detasemen Penanggulangan Anarki yang dilandasi setelah terjadi peristiwa kekerasan dengan simbol agama di Cikeusik dan Temanggung.

Pembentukan ini disampaikan Kapolri, Timur Pradopo pada 1 Maret lalu. Ia menyatakan Detasemen Anti Anarki merupakan jawaban untuk menyelesaikan kasus Cikeusik dan Temanggung. Hal ini dinilai keliru karena Kapolri, Timur Pradopo bukan meyelesaikan persoalan substansial dalam peristiwa kekerasan itu tapi justru membentuk detasemen ini.

Masalah substansial yang dimaksud adalah mengenai pandangan yang salah baik dari kepolisian, masyarakat bahkan lembaga negara yang selama ini melakukan tindakan pembiaran terhadap kekerasan ormas garis keras pada umat Ahmadiyah. "Kapolri salah kaprah.

"Pembentukan detasemen itu, dipertanyakan karena menurut kami tidak cukup kuat memiliki landasan berpikirnya. Sebenarnya kan masalah kekerasan di Cikeusik dan Temanggung terjadi bukan karena tidak ada detasemen itu, tapi karena masih ada paradigma yang salah bahwa Ahmadiyah khususnya harus dibubarkan. Pandangan yang salah ini bukan hanya dari masyarakat, tapi juga lembaga negara termasuk dari kepolisian, inilah yang menyebabkan terjadi kekerasan," ungkap Direktur Program Imparsial, Al Araf di kantor Imparsial, Kamis (3/3/11).

Menurut Araf, seharusnya Kepolisian RI, mengkoreksi bahwa peristiwa itu juga terjadi karena kelemahan fungsi intelejen untuk mendeteksi jumlah kekuatan massa yang akan melakukan penyerangan. Selain itu harus dilihat lagi keterbatasan perlengkapan khusus untuk penanggulangan aksi massa yang terjadi saat di Cikeusik dan Temanggung.

"Kepolisian harusnya bisa memperkuat peralatan agar bisa sampai pada level di Polsek sehingga dengan kelengkapan itu dapat menanggulangi aksi massa. Perlatan seperti watercanon dan lainnya. Detasemen anti anarkis itu sebenarnya tidak perlu. Hanya perlu perbaikan di internal kepolisian, agar lebih maksimal saat mencegah terjadinya peristiwa-peristiwa kekerasan seperti itu," imbuh Araf.

Fungsi preventif Kepolisian, lanjut Araf juga penting melalui penguatan fungsi kapasitas intelejen di lapangan. Apalagi menurut informasi yang beredar, sebelum peristiwa Cikeusik kepolisian sudah mengetahui akan ada penyerangan, harusnya tindakan preventif sudah dilakukan sebelum kejadian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Nasional
Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Nasional
Logo dan Tema Hardiknas 2024

Logo dan Tema Hardiknas 2024

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasional
PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

Nasional
Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

Nasional
Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

Nasional
Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

Nasional
Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Nasional
Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Nasional
Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Nasional
5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com