Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Penolakan Sultan terhadap RUUK DIY

Kompas.com - 01/03/2011, 21:47 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan sembilan hal yang ditolaknya dalam draf RUU Keistimewaan DI Yogyakarta yang diusulkan oleh pemerintah. Dalam rapat dengar pendapat umum dengan Komisi II DPR RI, Selasa (1/3/2011), Sultan menyebutkan 'sembilan' poin ini sebagai tinjauan khusus yang seharusnya menjadi konsideransi dalam pengambilan keputusan ke depannya.

"Secara khusus, ada sembilan catatan penting. Makna penting angka sembilan, semoga bisa memberikan sinyal proses ini berjalan maksimal dan memberikan manfaat kepada seluruh masyarakat DI Yogyakarta," ungkap Sultan diikuti senyum simpul mayoritas anggota komisi.

Berikut ini adalah sembilan catatan penting dari Sultan:

1. Sultan menolak judul draf RUU yang diajukan oleh pemerintah. Menurut Sultan, penggunaan kata 'provinsi DI Yogyakarta' tidak sesuai dengan UU No. 3 Tahun 1950 tentang pembentukan DI Yogyakarta yang menyebutkan daerah ini setingkat provinsi. Menurut Sultan, DIY tidak sama dengan provinsi lainnya. Oleh karena itu, penulisan judul RUU seharusnya cukup dengan 'RUU tentang Daerah Istimewa Yogyakarta' dan tidak menggunakan kata provinsi.

2. Menurut Sultan, dalam konsideran draf yang diajukan, pemerintah tidak mencantumkan dasar filsafat Pancasila yang seharusnya menjadi dasar filosofis kenegaraan. Persoalan RUU DI Yogyakarta, lanjutnya, berada di tataran sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

3. Sultan juga menolak penggunaan nomenklatur gubernur utama dan wakil gubernur utama karena dinilai bertentangan dengan UUD 1945 di pasal 18 yang menyebutkan bahwa provinsi atau daerah istimewa dipimpin gubernur. Prinsip gubernur dan wakil gubernur utama dinilai melanggar prinsip negara hukum. Penggunaan istilah ini dinilai sama saja kekuasaannya makin dipersempit.

4. Istilah gubernur dan wakil gubernur utama juga dinilai mengandung resiko hukum yang besar bagi eksistensi DI Yogyakarta. Keistimewaan Yogyakarta diperkirakan bisa hilang saat ada pihak yang mengajukan uji materiil terhadap UU ini dan dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi nantinya.

5. Sultan berpendapat bahwa peraturan keistimewaan Yogyakarta seharusnya tak diatur dalam Peraturan Daerah Istimewa karena itu tidak menjadi ciri asli Yogyakarta dan lebih hanya meniru pengaturan di Aceh dan Papua. Menurut Sultan, lebih baik diatur dalam perda biasa.

6. Sultan juga menilai pemerintah salah dalam menyebutkan batas wilayah DI Yogyakarta. Dalam draf disebutkan batas wilayah di timur dengan Kabupaten Klaten, padahal secara rill dengan Kabupaten Sukoharjo dan Wonogiri.

7. Penyebutan Sultan dan Paku Alam sebagai badan hukum dalam persoalan pertanahan dan tata ruang juga dinilai tidak sinkron dengan penjelasan dalam draf yang menyebutkan keduanya sebagai badan hukum kebudayaan. Sultan curiga naskah akademik dan naskah RUU ini tidak sinkron.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Nasional
TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

Nasional
Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Nasional
Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Nasional
Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 'Amicus Curiae'

Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 "Amicus Curiae"

Nasional
Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangkan Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangkan Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Nasional
Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | 'Amicus Curiae' Pendukung Prabowo

[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | "Amicus Curiae" Pendukung Prabowo

Nasional
Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Nasional
Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Nasional
Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

Nasional
Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Nasional
Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com