JAKARTA, KOMPAS.com - Tadi malam, di sela sesi-sesi akhir rapat kerja Kapolri Jendral Pol. Timur Pradopo dan Komisi III DPR RI, tampak sebuah kotak tembus pandang berukuran sekitar 50 cm x 50 cm. Di bagian depannya, tertera kertas yang bertuliskan 'Koin untuk Presiden'. Sudah ada sejumlah koin atau uang recehan di dalamnya. Banyak staf serta asisten pribadi anggota dewan yang mengelilinginya. Namun, tak satupun yang tahu siapa yang bertanggung jawab atas kotak tersebut.
"Enggak tahu mbak. Sudah di situ dari tadi," ungkap seorang office boy di komisi kepada Kompas.com, Senin (24/1/2011) malam.
Kotak itu hanya diletakkan di atas sebuah kursi lipat berwarna merah. Letaknya di dekat toilet di samping Sekretariat Komisi III DPR RI. Hingga pukul 21.30, kotak masih berada di tempatnya.
Sementara itu, para anggota dewan masih asyik beradu argumen dan fakta di dalam ruang sidang. Belum ada yang dapat menjelaskan maksudnya dan siapa inisiatornya.
Pagi ini, Selasa (25/1/2011), Anggota Komisi III DPR RI Ahmad Yani mengaku tidak tahu-menahu soal kotak Koin untuk Presiden tersebut. Menurutnya, kotak itu sudah ada di situ tanpa diketahui asal-usulnya.
"Saya enggak tahu siapa yg punya ide. Tapi saya kira, itu bentuk apresiasi. Saya kira hal itu perlu ditanggapi secara positif. Oleh karena itu, si pemrakarsa siapapun orangnya harus tunjukkan apa motivasinya," katanya.
Namun, politisi PPP ini berharap bukan anggota dewan yang berinisiatif. Menurutnya, terlalu rendah bagi anggota dewan jika melakukannya.
"Saya kira kalau masyarakat publik kita apresiasi, tapi kalau anggota dewan kan sesungguhnya merendahkan fungsi dan hak dari anggota dewan itu," kata Yani.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.