Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kunjungi Lokasi Perambah, Menhut Didemo

Kompas.com - 12/01/2011, 17:37 WIB

JAMBI, KOMPAS.com - Ratusan aktivis lingkungan berunjuk rasa di depan kantor Gubernur Jambi, di Kota Jambi, menyambut kedatangan Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, ke Jambi, Rabu (12/1/2011). Dalam aksinya itu mereka memprotes kunjungan Menhut ke lokasi perambahan liar di kawasan penyangga Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

Para pengunjuk rasa berkumpul sekitar pukul 10.00 WIB. Mereka berorasi dan menuntut berlangsungnya dialog dengan Menhut. Namun, tuntutan tersebut tidak dapat dipenuhi karena Menhut tengah menyusuri kawasan perambahan liar di penyangga TNKS dengan menggunakan helikopter.

Menurut Rivani Noor, koordinator aksi, pemerintah semestinya jangan hanya menjaring perambah kecil, namun menindak juga para pemodal yang membiayai pembukaan kawasan penyangga tersebut menjadi perkebunan kopi. Berdasarkan catatan Kompas, luas TNKS yang telah dirambah menjadi tanaman kopi seluas 2.000, sedangkan di kawasan hutan penyangga sebanyak 8.000 hektar. Jumlah perambah beserta keluarganya dalam kawasan tersebut mencapai 13.000 jiwa.

Saat ini para perambah tersebut bertempat tinggal tersebar di tujuh kecamatan, yaitu Muara Siau, Sungai Manau, Lembah Masurai, Tabir Barat, Pangkalan Jambu, Jangkat, dan Sungai Tenang. Para pelaku umumnya pendatang asal Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan.

Sementara itu, dalam jumpa pers, Zulkifli ia meminta satuan polisi reaksi cepat (SPORC) BKSDA Jambi untuk menindak para pemodal besar yang membiayai perambahan di sekitar TNKS. Namun, ia menjamin ke depannya para perambah ini boleh mengelola kawasan tersebut.

"Kalau tinggal di dalam kawasan ini tidak boleh, tapi kalau mengelola boleh. Nanti akan diatur Pemda," Menhut.

Gubernur Jambi Hasan Basri Agus mengatakan, meski telah dibanjiri pendatang dari luar Jambi, pihaknya siap untuk menerima. Hanya, jumlahnya akan dibatasi.

"Mereka yang telah berada di dalam kami terima, tapi tidak boleh lagi ada pendatang baru," ujarnya.

Permukiman perambah di dalam dan sekitar kawasan TNKS kini telah berkembang seperti sebuah kota kecil. Kawasan ini memiliki SD dan SMP Negeri. Sebagian dari perambah bahkan telah mengantongi kartu tanda penduduk setempat.

Produksi kopi di sekitar TNKS cukup tinggi. Pada salah satu daerah penghasil, Kecamatan Lembah Masurai, produksi kopi kering mencapai 8.000 ton pada 2005, dan terus meningkat menjadi 15.000 ton pada 2006. Tahun 2007, volume produksi kopi naik dua kali lipat menjadi 30.000 ton seiring kian meluasnya area penanaman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com