Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Lagu Digital, Selanjutnya Buku Digital

Kompas.com - 08/12/2010, 16:21 WIB

KOMPAS.com - Penjualan buku elektronik (e-book) mendadak melojak luar biasa tingginya. International Digital Publishing Forum (IDPF) yang bermarkas di Toronto, Kanada, menyebutkan pada kuartal 1 tahun 2010 total pendapatan penjualan buku elektronik mencapai 91 juta dollar. Naik pesat dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya, yang “hanya” mencapai 25,8 juta dollar. Kemudian pada kuartal 3 – 2010 mengalami peningkatan dan menembus angka 119,7 juta dollar. Inilah rekor menembus perolehan di atas 100 juta dollar pertama kali sejak tren buku elektronik pertama kali diumumkan pada 2002. Total jendral tahun ini mengalami kenaikan sampai 193 persen. Di sisi lain, penjualan buku berbasis kertas justru mengalami penurunan. Menurut mashable.com dibandingkan tahun lalu telah mengalami drop sampai 7,8 persen. Buku-buku fiksi dewasa dan anak-anak jatuh 8 persen.

Portal retail penjual buku seperti Amazon.com maupun Barnes & Noble melihat indikasi naiknya berbagai jenis buku elektronik tidak saja dari pengarang terkenal. Namun juga buku-buku dari pengarang biasa. Sementara itu, Apple Corp. menyebutkan pula bahwa penjualan e-book yang ditawarkan lewat Apps Store khususnya setelah merilis iPad, mencapai 30 persen dari keseluruhan kategori aplikasi. Persentase ini bahkan sedikit mengungguli download game alias top category.

Tren pembelian e-book memang tidak lepas dari hadirnya perangkat e-book reader juga tablet internet yang salah satunya memiliki fitur e-reader yang lebih impresif ketimbang pembaca buku digital biasa. Tidak heran jika Amazon.com kemudian harus menjual sendiri perangkat Kindle yang telah muncul dalam beberapa varian yang dijual rata-rata seharga 200 dollar (atau sekitar Rp 1,8 juta) dalam rangka mendorong bisnis inti mereka, menjual buku digital. Hal sama juga dilakukan oleh Barnes & Noble yang setahun silam sudah menyatakan menjual perangkat bernama NookColor, namun baru belakangan ini percaya diri untuk merilis gadget seharga 245 dollar (atau sekitar Rp 2,2 juta) itu.

Harga dua perangkat ini memang lebih murah ketimbang iPad – yang di Indonesia dijual di kisaran Rp 6,5 juta. Namun iPad juga terus terdongkrak. Bahkan Steve Jobs pun merasa bahwa gadget ciptaannya itu telah menjadi buah karya yang tiada tanding. Kindle dan NookColor (yang menggunakan OS Android versi 2.1) memang beda spesifikasi teknis dengan iPad. Namun ketika dijual oleh sebuah retail buku, maka ceritanya menjadi lain.

Samsung Electronics mempunyai cara berbeda dengan, namun melakukan misi serupa. Sejak menggebrak dunia dengan merilis Samsung Galaxy Tabs, strategi yang dilancarkan bukan semata menggembar-gemborkan perangkatnya yang multifungsi ketimbang iPad, lantaran memiliki kemampuan telekomunikasi seluler. Namun lebih mencanangkan budaya baca buku, majalah, juga koran melalui Galaxy Tabs. Beberapa novel berbahasa Inggris bisa dinikmati dari perangkat ini melalui menu e-reader.

Di China, Hanwang, vendor ini berani menginvestasikan 30 juta renminbi (RMB) untuk mengembangkan perangkat Hanvon, e-book store, dan membeli konten baru.

Buku menjadi bagian penting dalam kehidupan umat manusia. Tak heran bila Google dalam moda pencariannya (Google search) lantas memasukkan menu “Buku” setara dengan pencarian Web, Gambar, Peta, Berita, dan Terjemahan. Dengan kata lain, industri buku tidak pernah tutup usia. Formatnya saja yang berubah, dari tradisional menjadi digital.

Pertumbuhan e-book juga dipengaruhi oleh faktor harga. Hampir kebanyakan buku elektronik dibanderol lebih murah ketimbang versi tradisional. Sebuah buku elektronik yang dijual di situs www.ebookmall.com bisa hanya mencapai separuh dari harga versi cetak. Sebagai contoh buku best seller karya Anne Stuart bertajuk “Breathless” setebal 384 halaman, versi cetak dijual rata-rata seharga 15,95 dollar, sementara lewat e-book hanya dibanderol 7 dollar.

Harga Relatif

Apa yang membuat para publisher maupun retail berani menjual dengan harga murah?

Sepele saja. Lewat digital, ongkos cetak dan kertas dipangkas. Biaya pengiriman atas buku yang seringkali berkali lipat ketimbang biaya bukunya sendiri, dipotong. Secara keseluruhan cost buku menjadi lebih hemat, namun dengan tidak mengurangi biaya-biaya seperti copy rights dan lain-lain.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com