JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Komisi V DPR RI, Etha Bulo, mengaku bahwa ia bertemu dan berinteraksi dengan rombongan TKW di bandara Dubai, Sabtu (6/11/2010), (baca: Rombongan DPR "Telantarkan" TKW di Dubai). Ia juga mengaku menegur rombongan yang dikatakannya ribut di lobi Hotel Holiday Inn, Dubai, tempat para penumpang diinapkan karena penerbangan Emirates ke Jakarta dibatalkan.
"Bayangkan ada sekitar 150 orang di lobi, ribut. Apa tidak malu? Saya tanyakan, apa bisa 4-5 orang di antara mereka mewakili para TKW, dan menanyakan soal penerbangan. Saya tidak membentak," kata Etha, politisi perempuan dari Fraksi Partai Demokrat daerah pemilihan Papua, ketika dihubungi Kompas.com, Senin (22/11/2010).
Etha juga menceritakan, saat menasihati seorang TKW agar tidak bekerja di luar negeri, ia tidak bermaksud buruk (baca: Saya dari Moskow, Tugas Negara). "Saya mengatakan, sudah, kerja saja di dalam negeri, gaji Rp 1 juta. Ngapain kerja di luar negeri, mempertaruhkan nyawa. Tidak usah uber harta. Di sini masih banyak lahan yang bisa digarap," kata Etha.
Seperti diberitakan sebelumnya, TKW yang dimaksud adalah Diah. Saat itu Diah menyapa Etha. Diah bertanya apakah Etha mengetahui informasi kapan pesawat akan terbang menuju Jakarta.
”Eh, bukannya menjawab, ibu itu malah balik bertanya ke saya dengan ketus, ngapain cari duit ke luar negeri, di dalam aja banyak kok. Saya kaget, kok ditanya baik-baik malah ngomong ketus banget. Saya bilang aja kalau saya emang orang miskin, cari duit ke mana aja yang penting halal,” terang Diah.
Diah pun langsung melengos pergi. ”Di mata orang DPR, TKW itu enggak ada harganya. Ya, memang beginilah nasib kami, selalu dianggap menyusahkan di negeri sendiri,” katanya.
Diah sudah empat tahun bekerja untuk sebuah keluarga di Madinah, Arab Saudi. Ia bersyukur mendapat majikan yang baik. ”Saya cuti pulang kampung selama dua bulan untuk menengok anak. Majikan saya sayang sama saya. Dia malah nangis nganter saya pulang, minta saya cepet balik lagi ke Madinah,” katanya.
Terenyuh
Etha mengaku terenyuh mendengar ada TKW di luar negeri yang diperlakukan seperti hewan. Etha pun sempat mencontohkan dirinya yang memiliki pembantu yang bisa meneruskan studi hingga ke tingkat perguruan tinggi. Dirinya mengaku tak bisa membantu para TKW karena kesulitan komunikasi bahasa Arab.
Justru, kata Etha, para TKW tersebut lebih fasih berbahasa Arab. Diakuinya, bahasa Inggris tak banyak digunakan di negara tersebut.
Etha juga meminta agar soal pengabaian ini jangan dibesar-besarkan. "DPR sudah bekerja setengah mati di Rusia. Kami capek, mesti ketemu parlemen, menteri. Jangan dipikir kami senang jalan-jalan ke luar negeri," imbuhnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.