JAKARTA, KOMPAS.com — Tidak memuaskannya hasil pertemuan antara delegasi Indonesia dan Malaysia dalam membahas persoalan tapal batas kedua negara dinilai terjadi akibat terlalu banyaknya isu yang dititipkan ke pundak mereka.
Ray Rangkuti selaku Direktur Eksekutif Lima mengatakan, delegasi Indonesia seharusnya fokus mengedepankan isu tapal batas saja.
"Untuk masalah TKI itu tidak dicampuradukkan dengan masalah tapal batas. Kalau TKI itu melibatkan instansi lainnya, seperti Departemen Tenaga Kerja yang difasilitasi oleh Deplu. Itu titipan yang memberatkan tim," katanya dalam acara jumpa pers yang digelar di Kantor Institut Hijau Indonesia, Jalan Komplek Bumi Asri No C3 Liga Mas Perdatam, Pancoran, Jakarta, Rabu (8/9/2010) sore.
Ray juga mengatakan, hal lain yang menyebabkan hasil pertemuan di Kinabalu kurang memuaskan adalah Pemerintah Indonesia tidak memerhatikan pra-kondisi diplomasi sebagai bentuk daya tawar terhadap Pemerintah Malaysia.
"Kita tidak melakukan psywar, misalkan dengan mengatakan menarik Duta Besar kita ataupun menarik 2 juta TKI kita di sana. Hal itu sebenarnya bisa menjadi daya tawar kita," tuturnya.
Raya pun menambahkan, kurang optimalnya hasil perundingan di Kinabalu juga merupakan ekses dari sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sangat lembek terhadap arogansi Malaysia.
Menurut Ray, Presiden SBY seharusnya menginstruksikan dengan tegas dan keras untuk memperjuangkan kepentingan Indonesia.
"Tapi kan pidatonya disimpulkan bahwa jangan ribut dengan Malaysia, lebih baik mengalah dengan alasan kita bergantung secara ekonomi terhadap Malaysia. Hal itu membuat diplomat kita sudah patah arang," katanya. (Tribunnews/Samuel)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.