Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Tak Dapat Info

Kompas.com - 16/07/2010, 04:43 WIB

BATAM, KOMPAS - Kenaikan harga produk pertanian di pasaran akhir-akhir ini tidak banyak dinikmati petani. Keuntungan lebih banyak dinikmati pedagang. Penyebabnya, petani tidak mendapat informasi harga terkini sehingga harga ditentukan sepenuhnya oleh tengkulak.

Hal itu dikemukakan Menteri Pertanian Suswono pada pembukaan Pekan Flori dan Flora Nasional 2010 di Batam, Kepulauan Riau, Kamis (15/7). Hadir pula Gubernur Kepulauan Riau Muhammad Sani dan Wali Kota Batam Ahmad Dahlan.

Petani tidak menikmati kenaikan harga karena tidak mendapat informasi harga terkini. Selain itu, kondisi ekonomi yang pas-pasan menyebabkan petani menjual hasil panen dengan harga seadanya. Tengkulak yang menentukan harga.

Untuk melindungi petani dalam jangka pendek, Suswono menyatakan akan merevitalisasi kelembagaan petani sehingga posisi tawarnya lebih kuat. ”Informasi harga harus diketahui petani,” kata Suswono.

Ketua Kelompok Tani Makmur Suhartono menyatakan, posisi tawar petani di Batam sangat lemah. Harga lebih banyak dikendalikan tengkulak. ”Tidak pernah ada pendampingan dari pemerintah. Jadi, petani serba sendiri. Tidak pernah ada pembinaan,” katanya.

Penyakit dan cuaca

Lonjakan harga sejumlah sayuran juga disebabkan oleh gangguan pasokan akibat penyakit dan anomali cuaca.

Benny A Kusbini, Presiden Direktur Mitra Agro Unggul, sebuah perusahaan pertanian, hari Kamis di Surabaya, Jawa Timur, mengatakan, gangguan pasokan cabai terjadi mulai empat bulan lalu. Penyebabnya, kebun cabai di Sumatera dan Jawa terkena virus daun kuning. Virus terus berkembang jika tidak diatasi. Obat untuk penyakit itu ada di Institut Pertanian Bogor. ”Tinggal kesiapan pemerintah memproduksi secara massal,” katanya.

Anomali cuaca juga mengakibatkan lahan tidak sehat. Setelah panas dalam jangka panjang, tiba-tiba turun hujan. ”Anomali cuaca membuat tanaman shock dan tidak berkembang normal,” katanya.

Hal itu juga dialami petani kentang, tomat, dan bawang. Akibatnya, komoditas pertanian itu langka di pasar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com