Mereka yang masuk dalam kategori hard, menurut Mardigu, adalah mereka yang menghalalkan darah dan mahir dalam aksi bom bunuh diri, termasuk mahir menembak.
"Mereka tergolong berani, punya keterampilan, dan mengerti bagaimana melakukan aksi bom, termasuk menjadi sniper dan sebagainya," bebernya.
Menurut Mardigu, mereka yang tergolong dalam hard terorist di Indonesia jumlahnya saat ini diperkirakan bisa mencapai 400 sampai 500 orang.
"Jumlah tersebut menyebar di wilayah Indonesia, seperti Sumatera dan Jawa, termasuk di Mindanau, Filipina," paparnya.
Namun, kelompok teroris kategori hard atau radikal ini juga bermula dari soft terorist yang awalnya hanya mendukung dan melindungi teroris. "Regenerasi para teroris di Indonesia mulai dari jenjang soft dan itu terjadi ketika para penggerak atau pemimpin mereka tewas."
"Karena, awal-awalnya Nordin M Top dan Dr Azhari adalah penggerak, sedangkan Saptono dan Maulana bertindak sebagai operator. Jadi, ketika Noordin dan Azhari tewas, ya Saptononya yang maju. Mereka sudah belajar dan mempersiapkan diri menjadi penerus," pungkas Mardigu. (Tribunnews.com/Andri Malau)