Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Van Kleine Boom Naar Buitenzorg Via Meester Cornelis

Kompas.com - 26/04/2010, 09:45 WIB

KOMPAS.com -- Pembangunan jalur kereta api Batavia-Buitenzorg dimulai pada 15 Oktober 1869. Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu, P Myers, hadir dalam upacara dimulainya pembangunan jalur tersebut. Perusahaan yang membangun jalur itu, tak lain adalah Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM), yang dinilai berhasil setelah membangun jalur kereta api pertama Semarang-Tanggung pada 1864-1867. Sebagai pemimpin pembangunan rel kereta api tak lain adalah JP Bordes.

Seperti telah ditulis pada artikel sebelum ini, sebetulnya pembangunan jalur kereta api Batavia-Buitenzorg sudah diusulkan jauh sebelum akhirnya jalur Samarang-Tangoeng dibangun. Dalam buku Sejarah Perkeretaapian Indonesia jilid I disebutkan, Gubernur Jenderal Rochussen sudah mengusulkan agar pemerintah membangun jalur tersebut. Usul itu disampaikan kepada pemerintah Kerajaan Belanda pada 1846. Rochussen mempertimbangkan pentingnya jalur Batavia-Buitenzorg yang merupakan jalur pengangkut hasil kopi dan teh selain juga sebagai pusat pemerintahan kolonial.

Namun karena keuangan negara belum kuat, maka usul tadi ditolak. Pemerintah Belanda memutuskan pembangunan dikerjakan swasta. Dari hasil penelitian tim Kerajaan Belanda, jalur Batavia-Buitenzorg terbilang rawan, khususnya rawan terhadap perlawanan dari para tuan tanah.

Setelah berbagai pertimbangan, akhirnya NISM mendapat konsesi pemasangan rel di jalur antar-wilayah di Batavia Lama dan Baru, serta Batavia-Buitenzorg pada 1864. Tapi baru bisa mulai dikerjakan pada 1869 dan memerlukan waktu selama empat tahun untuk menyelesaikan jalur sepanjang 58.506 m (sekitar 59 km). Jalur itu terdiri dari, jalur Batavia-Buitenzorg sepanjang sekitar 56 km, sekitar satu kilometer jalur simpangan ke Meester Cornelis (Jatinegara), sekitar dua kilometer jalur simpangan ke Kleine Boom (kini Pasar Ikan).
 
Pembangunan jalur ini mengalami kendala karena masalah keuangan NISM. Tahun 1870 proyek ini sempat macet, yaitu pada pengerjaan gelombang pertama. Pekerjaan ini dimulai 15 Oktober 1869 – Februari 1870 di mana selama kurun waktu itu jalur sepanjang 7.590 m untuk bagian Kleine Boom,  Meester Cornelis sejauh 13.087 m, dan jalur sepanjang 18.730 m untuk bagian Bogor selesai dikerjakan.

Pekerjaan kedua baru bisa dilaksanakan pada Juni 1870 sampai juni 1871, yaitu jalur di Bogor sepanjang sekitar 9.270 m. Selanjutnya, pada Juni 1871 hingga Januari 1873 barulah seluruh proyek pembangunan jalur kereta api Batavia-Buitenzorg selesai, termasuk jalur Weltevreden-Meester Cornelis Passer (Stasiun Bukit duri)-Buitenzorg.

Dalam beberapa buku tentang perkeretaapin Indonesia yang kebanyakan bersumber dari buku-buku berbahasa Belanda seperti Spoorwegstationsweg Op Java karangan Michiel van Ballegoijen de Jong, De Stroomactie Op Java en Sumatera karya JJG Oegema, Het Indische Spoor In Oorlogstijd bikinan Jan de Bruin, secara terpisah-pisah disebutkan perjalanan sejarah kereta api di Batavia hingga ke seluruh Pulau Jawa.

Di sepanjang lintasan Batavia-Buitenzorg yang membentang sepanjang hampir 60 km itu berdiri 15 stasiun. Stasiun paling ujung di Batavia Lama adalah Stasiun Kleine Boom (Pasar Ikan), kemudian kereta akan berhenti di Stasiun Batavia (Batavia Hoofdstastion) yang dulu lokasinya di sebelah Museum Seni Rupa dan Keramik sekarang ini. Stasiun selanjutnya adalah Sawah Besar, Noordwijk (Pintu Air), Weltevreden (Gambir), Pegangsaan, Meester Cornelis Passer, Pasar Minggu, Lenteng Agung, Pondok Tjina, Depok, Citajam, Bojong Gedeh, Tjilebut, dan Buitenzorg (Bogor).

Moda transportasi kereta api di Batavia dan sekitarnya makin berkembang setelah jalur Batavia - Buitenzorg resmi dibuka pada 1873. Jumlah penduduk bertambah, kepertluan akan jalur untuk mengangkut barang pun bertambah, khususnya di dekat pelabuhan. Stasiun Kleine Boom, temasuk pelabuhannya, makin lama makin tak layak untuk bongkar muat. Maka pelabuhan di Pasar Ikan, Pelabuhan Sunda Kelapa, itu pun dipindah ke Tanjungpriuk.
 
Sejalan dengan pembangunan pelabuhan baru, maka jalur kereta api ke Tanjungpriuk pun ikut dibangun, yaitu pada 1877. Kali ini pelaksanannya adalah Staatsspoorwegen (SS) milik pemerintah Belanda.
    
Adalah Bataviasche Ooster-Spoorweg Maatschappij (BOS) yang kemudian tertarik menanamkan modal pada bisnis pengembangan jalur kereta api di Batavia, khususnya bagian timur Batavia yaitu Batavia-Krawang. Pada tahun 1887 jalur Batavia-Bekasi sepanjang 27 km selesai dibangun. Jalur ini melewati Stasiun Kemayoran, Pasar Senen, Jati, Meester Cornelis, Klender, dan Bekasi.
    
Tiga tahun berikutnya, jalur Bekasi-Cikarang kelar dan Cikarang-Kedungede selesai pada 1891. Seperti kisah NISM, BOS pun terengah-engah soal dana. Akhirnya pemerintah Belanda memberi bantuan dana pada BOS untuk menyelesaikan jalur hingga Krawang, tapi setelah itu, pengelolaannya diserahkan kepada SS. Jalur Batavia-Krawang baru bisa selasai secara total pada 1898.
    
Staatsspoorwegen (SS) pun makin bersemangat membangun jalur kereta api baru di lingkaran Batavia dan kawasan sekitarnya. Pemerintah Belanda memberi konsesi pada SS untuk membuat jalur kereta api di barat Batavia (tepatnya dari Kampung Bandan) yaitu Batavia-Anjer Kidoel  bercabang di Doeri-Tangerang. Seperti pada pembangunan jalur kereta api sebelumnya, pengadaan jalur Batavia—Anjer dikerjakan bertahap.

Tahap Kampung Bandan – Doeri – Tangerang kelar pada 2 Januari 1899. Tahap kedua dari Doeri – Rangkasbetoeng terpenuhi pada 1 Oktober 1899, Rangkasbetoeng-Serang terhubung pada 1 Juli 1900 dan Serang-Anjer Kidoel selesai pada 20 Desember 1900. Jalur Tjilegon-Merak baru ada pada 1914, sebelum itu, lintas Rangkasbetoeng-Laboehan pun dibangun, sementara lintas Krawang-Tjikampek-Poerwakarta-Padalarang sudah beroperasi pada 1906.
    
Dari jalur lintas kereta api antarkota, Belanda juga mengembangkan jalur trem di Batavia dan kota-kota lain di Jawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com