JAKARTA, KOMPAS.com — Salah seorang anggota Pansus Angket Kasus Bank Century dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera atau F-PKS, Fachry Hamzah, mengaku menyayangkan pembela-pembela Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dianggap mutunya tidak memuaskan.
"Jangan heran orang kemudian menganggap memang salah sebab yang membela saja tidak menguasai masalah. Para saksi yang terlibat, seperti Boediono, juga sering mengeluarkan jawaban tidak tahu. Pembela-pembela SBY amatir," kata Fachri Hamzah dalam diskusi yang diadakan di DPR, Rabu (3/2/2010).
Dalam diskusi itu, Fachry mengakui bahwa partainya sudah beberapa kali menemui Presiden SBY untuk menanyakan masalah Bank Century. Dia mengatakan, dalam pertemuan itu, aku Fachry, Presiden SBY meminta kasus Century ini dibuka seluas-luasnya.
"Kami berpegang atas sikap SBY itu. Kalau SBY mengatakan tutup kasus ini, tentu sikap PKS akan lain. Kita tidak mungkin menyembunyikan sesuatu dalam kesimpulan. Demokrasi itu memang gaduh. Kalau tidak mau gaduh jangan pilih demokrasi," Fachry menegaskan.
"Pemimpin harus matang di depan rakyat dalam menghadapi kegaduhan. Pemimpin jangan kagetan," katanya lagi.
Dia juga mengatakan, keterbukaan media justru tidak bisa menguak sisi kekuasaan SBY yang elegan. Hal ini diakuinya agak mengagetkan. Dalam 100 hari pemerintahan SBY, katanya lagi, pemerintah merencanakan program yang luar biasa. Namun, secara tiba-tiba saja muncul dua peristiwa, yaitu masalah Cicak-Buaya dan Century.
"Anehnya, pemerintah tidak menjelaskan apa yang terjadi terhadap masyarakat, tidak berani menjelaskan pada media, dan tampak menghindar. Kasus Cicak-Buaya berakhir tidak jelas," sesalnya seraya mengingatkan kasus Cicak-Buaya yang dialami oleh dua pimpinan KPK, Bibit Samad Riyanto dan Chandra Hamzah.
Ketua Fraksi Partai Hanura DPR, Abdillah Ahmad Fauzi, dalam diskusi itu kemudian menyatakan bahwa rakyat kini sudah letih dan DPR juga letih dengan Pansus Angket Kasus Bank Century ini.
"Solusinya adalah mundur Boediono, mundur Sri Mulyani. Itu yang harus dilakukan. Kami tidak ada lobi-lobi. Kami menilai, korupsi dilakukan mulai dari hulu. Kami mengharapkan kearifan Sri Mulyani dan Boediono untuk menggunakan haknya untuk mundur dari jabatannya sejak detik ini," ucap Fauzi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.