Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Menerjemah Ulang?

Kompas.com - 02/02/2010, 01:01 WIB

Oleh Wawan Eko Yulianto*

Apa perlunya sebuah buku yang pernah diterjemahkan puluhan tahun lalu diterjemahkan lagi oleh penerjemah yang berbeda?

Itulah pertanyaan yang menggantung di benak saya ketika membaca curriculum vitae Breon Mitchell, seorang profesor comparative literature asal Indiana University, Bloomington yang hadir di kampus kami sebagai penerjemah tamu. Prof. Breon Mitchell telah menerjemah ulang The Trial (Franz Kafka) dan sedang menyelesaikan penerjemahan The Tin Drum (Günter Grass) dari bahasa Jerman ke bahasa Inggris. Sebenarnya, masing-masing buku itu telah diterjemahkan puluhan tahun sebelumnya. The Trial, dalam edisi bahasa Inggris yang terkenal, diterjemahkan oleh pasangan Muir, dan The Tin Drum diterjemahkan oleh Ralph Manheim.

Mungkin akan terlintas di benak kita pertanyaan-pertanyaan semacam: “Apakah ada kesalahan pada masing-masing edisi terjemahan tersebut, sehingga harus 'dikoreksi'?” Namun, apa yang disampaikan oleh Breon Mitchell sendiri ternyata lebih dari sekedar salah dan benar. Banyak fakta menarik yang layak diambil sebagai pelajaran. Khusus untuk kesempatan ini, saya akan banyak menyoroti hal-hal yang terkait dengan proses penerjemahan The Tin Drum, mengingat tahun 2009 ini adalah peringatan 50 tahun penerbitan novel itu sejak diterbitkan pertama kali dalam bahasa Jerman. Lagipula, masih hangat di benak para pemerhati sastra bagaimana Günter Grass yang telah menjadi otoritas moral di negaranya itu membuat pengakuan mengejutkan dalam sebuah wawancara sebelum peluncuran bukunya Peeling the Onion (2006) bahwa dia terlibat dengan Waffen-SS, sayap militer partai Nazi.

Yang Personal

Di pihak sastrawan, Günter Grass sendiri ternyata telah sekitar 35 tahun menginginkan penerbitnya  menerjemah ulang The Tin Drum. Grass menginginkan ada alternatif bagi pembaca, dan dia menunjukkan kesan kekurangpuasan dengan hasil terjemahan Ralph Manheim. Namun, penerbitnya kurang menggubris keinginan Grass tersebut. Ada kesan di pihak penerbit muncul semacam pertanyaan, 'Kenapa harus diterjemahkan ulang, mengeluarkan duit ulang, kalau edisi yang sudah ada di pasaran saja, yang diterjemahkan oleh seorang penerjemah kawakan, sudah bisa menyedot pembaca dan membuat Grass seterkenal ini di kalangan publik pembaca bahasa Inggris?'. Memang, fakta itu tak bisa dipungkiri. Bahkan, menurut Breon, terjemahan Manheim ini punya andil besar mengajak publik melirik sastra Jerman secara umum. Dan sangat besar kemungkinannya edisi Inggris inilah yang akhirnya membuka jalan sehingga banyak orang tertarik kepada Grass dan karya-karyanya selanjutnya hingga akhirnya dia bisa berkesempatan menyampaikan pidato penganugerahan Nobel Kesusastraan yang legendaris itu.

Akhirnya, penerbit pun mengiyakan keinginan Grass tersebut. Itupun karena memang momennya sedang tepat, yaitu peringatan 50 tahun penerbitan edisi pertama novel tersebut.

Di pihak penerjemah, ada kisah menarik sebelum dimulainya proses penerjemahan. Sebagai seorang profesor yang harus membimbing disertasi beberapa calon doktor dan menjadi direktur Lilly Library, salah satu perpustakaan buku langka terbesar di Amerika Serikat yang merupakan bagian dari Indiana University, Breon sendiri sudah lama tidak lagi berminat mencari order menerjemah karya sastra. Namun, dia langsung berminat ketika tawaran yang terakhir datang kepadanya itu adalah tawaran menerjemahkan The Trial dan The Tin Drum.

Namun, muncul dilema karena penerjemah pertama The Tin Drum, Ralph Manheim, adalah seorang sahabat karib Breon selama 7 tahun terakhir masa hidupnya. Dan Breon sendiri terlihat sangat menghargai terjemahan versi Ralph Manheim. Waktu mendapat kabar bahwa The Tin Drum akan diterjemahkan ulang, dan penerjemahnya adalah Breon Mitchell, istri almarhum Manheim langsung menelpon Breon dan bilang, “Kenapa kamu menghianati Ralph?” Mendapat pertanyaan yang tak butuh jawaban itu, Breon segera pesan tiket pesawat dan berangkat ke Cambridge, tempat tinggal Ny. Manheim, dan menjelaskan duduk persoalannya. Alhasil Breon pun bisa mulai mengerjakan penerjemahan buku itu, dan kekagumannya kepada terjemahan versi Manheim terlihat dengan tak henti-hentinya dia gunakan terjemahan Manheim sebagai salah satu sumber utamanya dalam bekerja. Dan Breon pun menulis catatan penyerta di akhir buku yang juga membahas peran karya terjemahan Ralph Manheim dan hal-hal lain yang terkait dengan proses penerjemahannya—mungkin serupa pengantar yang dia buat untuk terjemahan The Trial olehnya yang terbit pada tahun 1999 lalu.

Yang Teknis

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com