Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Ongkos Pulang Saja "Ngutang"

Kompas.com - 25/01/2010, 12:01 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah boleh berbangga atas berhasilnya proyek rekonstruksi dan rehabilitas Aceh pasca-tsunami. Namun, tahukah mereka, ada kisah pilu yang tersisa dari para pekerjanya?

Berbagai kisah pilu dituturkan beberapa mantan pekerja bangunan dalam proyek rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh, Senin (25/1/2010), kepada Kompas.com di Jakarta. Di sana, mereka mengerjakan proyek pembangunan rumah yang didanai dari sejumlah hibah internasional.

Berharap rezeki yang lebih baik dari sebuah proyek kemanusiaan, justru perlakuan tak manusiawi yang didapatkan. Janji mendapatkan gaji dua kali lipat dari memburuh di kampung, mereka pun memilih meninggalkan Pulau Jawa dan merantau ke ujung Pulau Sumatera. Hasilnya, tak sepeser pun uang yang bisa dibawa untuk keluarga.

Salah satunya kisah Supriyanto, asal Desa Tegal Kamulyan, Cilacap, Jawa Tengah. Bapak satu anak ini menuturkan, Juni 2009, ia berangkat ke Aceh bersama sekitar 40 warga yang berasal dari desa yang sama. Pada 20 hari pertama, mereka dibayar Rp 750.000. Selanjutnya, bayaran yang diterima hanya uang makan.

"Janjinya dibayar sehari 50 sampai 60.000. Siapa yang enggak mau? Apalagi deket-deket Lebaran. Ya udah, saya berangkat," kata Supri, di Wisma Kontras, Jakarta Pusat.

Di kampung, kisah Supri, menjadi kuli bangunan hanya mendapatkan bayaran Rp 25.000 per hari. "Memang tidak ada sistem kontrak tertulis. Tapi kok ya tega, di sana apa yang diinginkan tidak memenuhi syarat yang dijanjikan. Padahal, kami kerja siang malam hanya dapat makan, kayak kerja bakti," ujarnya.

Demi bertahan hidup di Aceh, ia mendapatkan bantuan dari warga setempat. Bekerja serabutan pun sempat dijalaninya. Kabar pahit kepada keluarga pun terpaksa disampaikan.

"Keluarga tahunya menghitung jari, kerja sebulan dikali upah, nunggu-nunggu kiriman. Tapi, jangankan buat ngirim, buat makan aja enggak bisa," kata Supri lagi.

Selama di Aceh, ia mengerjakan proyek pembangunan rumah yang didanai pemerintah Arab Saudi di kawasan Aceh Besar. Kisah pilu mereka sudah lazim diketahui warga Aceh.

"Akhirnya, untuk pulang, saya minta dikirimin sama keluarga setelah lama-lama enggak tahan luntang-lantung. Itu pun keluarga dapatnya dari ngutang. Dari puluhan orang itu, masih tinggal di sana sekitar 13 orang, enggak bisa pulang karena enggak ada duit," ujarnya lagi.

Harapan Supri sangat sederhana. "Pemerintah juga ikut tanggung jawablah, penuhi hak kami. Kami hanya ingin menghidup keluarga, enggak muluk-muluk," kata Supri dengan mata berkaca-kaca.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Nasional
Hadiri Penetapan KPU, Prabowo: Kita Akan Kerja Keras

Hadiri Penetapan KPU, Prabowo: Kita Akan Kerja Keras

Nasional
Masih di Yogyakarta Saat Penetapan Prabowo-Gibran, Ganjar: Kalau Saya di Jakarta Akan Hadir

Masih di Yogyakarta Saat Penetapan Prabowo-Gibran, Ganjar: Kalau Saya di Jakarta Akan Hadir

Nasional
Terima Penetapan Prabowo-Gibran, PDI-P: Koalisi Sebelah Silakan Berjalan Sesuai Agenda yang Ingin Dilakukan

Terima Penetapan Prabowo-Gibran, PDI-P: Koalisi Sebelah Silakan Berjalan Sesuai Agenda yang Ingin Dilakukan

Nasional
Tertawa Lepas, Anies-Cak Imin Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Jadi Presiden dan Wapres Terpilih

Tertawa Lepas, Anies-Cak Imin Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Jadi Presiden dan Wapres Terpilih

Nasional
Program Susu Gratis Prabowo-Gibran Dibayangi Masalah Aturan Impor Kemendag dan Kementan

Program Susu Gratis Prabowo-Gibran Dibayangi Masalah Aturan Impor Kemendag dan Kementan

Nasional
PDI-P Masih Gugat KPU ke PTUN, Nusron: Tak Berpengaruh terhadap Hasil Pemilu

PDI-P Masih Gugat KPU ke PTUN, Nusron: Tak Berpengaruh terhadap Hasil Pemilu

Nasional
Kenakan Kemeja Putih, Prabowo-Gibran Tiba di KPU

Kenakan Kemeja Putih, Prabowo-Gibran Tiba di KPU

Nasional
AHY: Demokrat Siap Sukseskan Program dan Kebijakan Prabowo 5 Tahun ke Depan

AHY: Demokrat Siap Sukseskan Program dan Kebijakan Prabowo 5 Tahun ke Depan

Nasional
Penetapan Presiden dan Wapres Terpilih, Prabowo-Gibran Berangkat Bareng ke KPU

Penetapan Presiden dan Wapres Terpilih, Prabowo-Gibran Berangkat Bareng ke KPU

Nasional
Ganjar-Mahfud Absen Saat Penetapan Prabowo-Gibran, PAN: Enggak Pengaruh

Ganjar-Mahfud Absen Saat Penetapan Prabowo-Gibran, PAN: Enggak Pengaruh

Nasional
Sudirman Said Sebut 'Dissenting Opinion' 3 Hakim MK Jadi Catatan Pengakuan Kejanggalan Pilpres 2024

Sudirman Said Sebut "Dissenting Opinion" 3 Hakim MK Jadi Catatan Pengakuan Kejanggalan Pilpres 2024

Nasional
Pimpinan MPR: Mooryati Soedibyo Sosok Inspiratif Perempuan Indonesia

Pimpinan MPR: Mooryati Soedibyo Sosok Inspiratif Perempuan Indonesia

Nasional
Anies-Muhaimin Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Pemenang Pilpres 2024

Anies-Muhaimin Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Pemenang Pilpres 2024

Nasional
AHY: Selamat Pak Prabowo-Gibran, Presiden Terpilih 2024-2029

AHY: Selamat Pak Prabowo-Gibran, Presiden Terpilih 2024-2029

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com