Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Janji Tempat-tempat Perawatan Kecantikan

Kompas.com - 11/01/2010, 11:03 WIB

KOMPAS.com - Tren belakangan ini memperlihatkan, semakin banyak orang lebih suka pergi ke tempat perawatan yang sifatnya tidak terlalu medis. Hasil survei oleh American Society for Dermatologic Surgery beberapa tahun menyoroti peningkatan 41 persen jumlah yang mendapat perawatan dari para non-spesialis kulit.

"Memang, mereka yang non-spesialis mendapat pelatihan singkat agar bisa mengaplikasikan alat perawatan kecantikan. Hanya saja, pelatihan itu bukan diberikan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit (Perdoski), melainkan produsen atau penjual alat. Alhasil, mereka hanya tahu cara memakai alat. Namun pengetahuannya tentang kulit hanya superfisial dan hanya fokus pada masalah kecantikan kulit wajah. Padahal banyak penyakit kulit lain yang bisa menyebabkan problem di wajah," imbuh dr. Grace NS Wardhana, Sp.KK, dari Brawijaya Women and Children Hospital, Jakarta. Jadi, pastikan dulu tingkat keamanan tempat yang akan kita kunjungi dan pertimbangkan beberapa aspek berikut:

1. Kecakapan Tenaga Ahli
Memilih klinik kecantikan yang dipimpin dokter spesialis kulit adalah tindakan tepat. Tapi, itu belum cukup. Kita juga perlu yakin bahwa dikter itu selalu ada di klinik setiap kali dilakukan prosedur perawatan. Ini penting, mengingat para ahli setingkat spesialis kulit harus mendapatkan pelatihan tambahan dalam melakukan perawatan kecantikan seperti botox, terapi laser, bedah pisau, dan prosedur kosmetik medis lainnya.
Tindakan Kita: Dapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai klinik dan pelayanannya.
Cari tahu apakah kita akan ditangani oleh dokter spesialis kulit atau bukan. Caranya, coba periksa apakah akreditasi Spesialis Kulit dan Kecantikan tercantum di papan nama klinik. Selain itu, tanyakan langsung kepada dokter yang akan memberikan perawatan tentang sertifikasinya. Atau, mintalah rekomendasi dari pasien yang pernah menjadi kliennya.

2. Besaran Tarif
Jenis perawatannya sama, kliniknya juga sejenis. Tapi, kenapa tarifnya bisa lebih murah? Rendahnya tarif bisa berkaitan dengan terapis yang tidak memiliki keahlian dan pengalaman cukup. Selain itu, kualitas perlatan ikut menentukan tarif. Yang bisa memberikan jaminan keamanan adalah peralatan yang sudah mengantungi cap lolos uji klinis internasional FDA (Food and Drug Administration). Di Indonesia sendiri, izin edar peralatan kecantikan dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan yang memerlukan waktu untuk dikeluarkan dan biaya yang cukup tinggi. Peralatan berlevel medis mengeluarkan energi yang lebih tepat dan terstandarisasi. Ini yang membuat harganya sangat mahal.
Tindakan Kita: Bandingkan tarif untuk perawatan yang sama di beberapa klinik kecantikan.
Tanyakan, apakah peralatan yang digunakan sudah berlevel medis. Untuk itu, taka ada salahnya melakukan sebuah riset kecil dengan bertanya langsung ke klinik atau dokter. Setelahnya, dapatkan informasi siapa yang melakukan perawatan. Sebisa mungkin, hindari dokter yang menyerahkan tugas ini pada perawat atau asistennya.

3. Sesuai Prosedur
Setiap tindakan yang akan diambil, seorang spesialis kulit wajib melakukan pemeriksaan riwayat medis dan kondisi pasien secara umum dan menyeluruh. Hal ini penting untuk mengetahui apakah perawatan kecantikan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan bagian tubuh lainnya. Kita juga perlu paham bahwa dalam setiap tindakan harus ada surat persetujuan medis yang ditandatangani oleh dokter dan pasien. Dokter akan menjelaskan isi surat yang menyebutkan tindakan dan risiko yang mungkin terjadi. "Jadi tak sebatas menerima pasiesn dan memberi obat," tambah dr. Grace.
Tindakan Kita: Pastikan dokter spesialis kulit memeriksa kondisi fisik dan kesehatan kita terlebih dulu. Juga membuat persetujuan medis. Selain itu, sebagai pasien yang baik, jangan pasrah saat diberikan obat. Tak ada salahnya memeriksa sertifikasi dari BPOM. Untuk obat berupa krim racikan dokter, dr. Grace menyarankan kita bertanya seputar kandungan, efek samping, dan waktu pemakaian.

4. Kondisi Klinik
Kebersihan dan suasana klinik juga tak boleh kita lewatkan. Sebab, ini mencerminkan profesionalitas pelayanan. Perhatikan sekecil-kecilnya, hingga masalah seperti apakah ada debu pada sofa tamu, atau apakah dokter atau perawat memakai sarung tangan saat menangani pasien.
Tindakan Kita: Mintalah agar kita ditemani berkeliling klinik di waktu praktik. Bila suasana yang kita rasakan agak aneh, kita berhak mengurungkan niat untuk dirawat. Periksa kembali pamflet, brosur, spanduk, atau banner. Jangan percaya begitu saja pada apa yang kita baca dan lihat. Bila tertulis "mudah", kita perlu bertanya bagaimana prosedurnya. Bila tertulis ada perawatan baru yang belum pernah kita dengar, waspadai dan cari info sebanyak mungkin tentangnya.

(Intan Sari Boenarco/Prevention Indonesia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com