Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuartal I 2010, "Titik Didih" Kasus Century

Kompas.com - 01/01/2010, 10:35 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Situasi perpolitikan Tanah Air pada tahun 2010 diprediksi akan tetap memanas. Kasus Bank Century yang menyeruak pada akhir tahun 2009 diperkirakan akan mencapai "titik didih" di kuartal pertama 2010.

Pengamat politik Lembaga Survey Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi, mengatakan bahwa kerja Pansus Angket Century yang akan memasuki resume rekomendasi terkait kasus tersebut akan menjadi pemicunya. Pansus Century akan mengakhiri masa kerjanya pada bulan Februari mendatang. Burhanuddin memperkirakan, "titik didih" kasus Century akan mencapai derajat puncaknya medio Januari-April.

"Hal itu disebabkan, Pansus Century akan mengeluarkan rekomendasi final terkait penemuan fakta terkait kasus itu. Kemungkinan, pansus akan meminta perpanjangan waktu kerja. Tetapi, di kuartal pertama sudah akan ada clue siapa saja yang akan menjadi 'korban' (kasus Century)," kata Burhanuddin, Jumat (1/1/2010) kepada Kompas.com.

Turbulensi politik pun, dalam penamatan Burhanuddin, akan berputar dengan kuat. Di saat bersamaan, selain pengungkapan melalui pansus, KPK diperkirakan juga mulai bekerja terkait indikasi korupsi di balik penggelontoran dana talangan sebesar Rp 6,7 triliun. Dua penyelesaian secara hukum dan politik akan memasuki titik krusial pada beberapa bulan pertama tahun 2010. "Dan implikasinya akan sangat besar secara politik," ungkap dia.

Pertarungan lingkaran dalam SBY

Secara keseluruhan. Burhanuddin melihat bahwa kasus Century tak bisa dilepaskan dari pertarungan "lingkaran dalam" SBY sendiri, antara kubu politik dan kubu teknokrat. Dari sisi kubu politik, masih adanya "barisan sakit hati" atas terpilihnya Boediono sebagai wakil presiden akan memanfaatkan momentum kasus Century untuk meraih keuntungan secara politik. "Ya, partai-partai non-Demokrat yang punya kekuatan di parlemen, seperti Golkar, PAN, dan PKS yang kecewa karena SBY memilih Boediono," kata Burhan.

Kubu teknokrat adalah kelompok profesional yang menghuni Kabinet Indonesia Bersatu II. Kubu ini tak memiliki basis politik, tetapi dikenal menjadi "tangan kanan" SBY di bidang ekonomi. Namun, jika pertarungan antara kedua kubu ini bisa dilokaliasi, maka dampaknya tidak akan besar. "Kalau bisa dilokalisasi, tidak akan berkembang hingga ke impeachment SBY," ujarnya.

Burhanuddin melanjutkan, partai yang paling keras menabuh genderang kasus Century adalah Golkar. Partai lainnya, seperti PDI Perjuangan, Hanura, dan Gerindra, dinilai bermain di bawah genderang yang ditabuh Golkar. Oleh karena itu, menurutnya, Golkar memiliki posisi tawar paling strategis jika ingin mendapatkan manfaat politik di balik keberadaan Pansus Century.

Pimpinan pansus pun dipegang oleh kadernya. "Pansus ini rawan untuk barter kasus dan negosiasi serta deal-deal politik di belakang layar. Maka, kekuatan masyarakat sipil harus bisa mengawasi agar pansus dan kasus Century tidak dijadikan bargaining politik partai-partai," kata Burhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com