Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atambua-Atapupu, Kota Dollar di NTT...

Kompas.com - 11/12/2009, 05:18 WIB

 Iwan Santosa dan Lucky Pransiska

Sejumlah perempuan Timor berdiri di depan kasir sebuah toko hasil bumi sekaligus penukaran valuta asing milik pedagang Tionghoa di pusat kota Atambua, Nusa Tenggara Timur, Minggu (29/11). Mereka baru saja menjual kemiri dan hasil bumi, lalu sibuk menghitung lembaran uang pecahan 1 dollar AS yang ditukar lembaran rupiah.

Nilai tukar di sana dipatok 1 dollar AS sama dengan Rp 10.000. Tidak ada tawar-menawar ataupun perhitungan nilai tukar mengikuti nilai kurs yang diberlakukan resmi di Jakarta.

Di atas meja kasir terlihat tumpukan tebal uang pecahan satu dollar bergambar George Washington dalam keadaan lusuh pertanda sudah berpindah tangan berulang kali. ”Tidak ada pecahan sepuluh dollar. Hari ini cuma ada pecahan satu dollar,” kata petugas kasir.

Para mama asli Timor itu adalah pedagang perbatasan di Kabupaten Belu yang berdagang dengan mitra mereka di Timor Leste. Pelbagai barang kebutuhan sehari-hari, seperti beras, gula, hasil bumi, dan bahan bakar minyak, menjadi primadona perdagangan perbatasan.

Pasokan bahan makanan pokok, bensin, dan minyak tanah dari Indonesia sangat dibutuhkan di Timor Leste. Sebaliknya, di beberapa tempat di kota Atambua bisa didapati rokok impor hingga anggur Porto yang terkenal dijual bebas.

Rokok impor dijual hingga Rp 50.000 per bungkus dan anggur Porto isi 5 liter dijual Rp 500.000. Harga anggur impor di Atambua lebih murah dibandingkan harga eceran di Jakarta.

”Di sini kalau dagang ke sebelah (Timor Leste) bisa untung besar. Mereka kan pakai dollar Amerika,” kata John Beto (23), pemuda asli Belu yang memiliki banyak kerabat di Timor Leste.

Menurut John Beto, satu karung beras isi 25 kilogram yang dijual di Timor Leste harganya lebih tinggi Rp 25.000 dibandingkan dijual di wilayah NTT.

Keuntungan yang diperoleh warga NTT karena selisih perbedaan rupiah dan dollar Amerika Serikat memang cukup besar. Steven Makunimau, Pendeta Gereja Masehi Injili Timor (GMIT) di Kolana, Kecamatan Alor Timur, mengatakan, warga lebih suka berdagang dengan orang Timor Leste karena keuntungan jauh lebih besar.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com