Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berawal dari Perang Diponegoro

Kompas.com - 11/08/2009, 17:02 WIB

Asal mula batik di Jawa Barat tak bisa dilepaskan dari kedatangan para pengungsi Perang Diponegoro selama tahun 1825-1830. Mereka yang berbondong-bondong datang dari Jawa Tengah itulah yang kemudian menghasilkan batik Tatar Sunda.

Dalam buku Batik Tatar Sunda yang ditulis Saftiyaningsih Ken Atik, Herman Jusuf, dan Didit Pradito, dijelaskan bahwa sebagian pengungsi itu adalah pembatik dari Banyumas. Mereka banyak memberikan pengaruh, terutama pada warna latar batik Ciamis, Indramayu, dan Tasikmalaya.

Warna latar itu disebut kuning gading, kuning dukuh, dan kuning gumading. Batik Tatar Sunda tidak hanya menyerap berbagai pengaruh dari daerah tetangga, tetapi juga negara lain.

Sejak kedatangan pengungsi Perang Diponegoro, batik diterima di Jabar mulai dari rakyat jelata hingga kalangan kerajaan. Batik paseban kuningan, misalnya, memiliki motif yang memanfaatkan bentuk ragam ornamen Istana Paseban di Cigugur, Kabupaten Kuningan. Istana Paseban berdiri sejak 1840. Bangunan itu konon pernah menjadi tempat konsentrasi tentara Mataram.

Beragam motif

Menurut Ketua Harian Yayasan Batik Jabar Komarudin Kudiya, pembatik yang datang dari Jateng kemudian dipengaruhi alam dan budaya Jabar. "Pengaruh itu misalnya dari bahan baku dari alam untuk pewarnaan dan budaya lokal sebagai motif batik," tuturnya.

Motif batik Tasikmalaya, misalnya, tidak mengenal kelas dan status sosial atau kedudukan seseorang. Hal itu sesuai dengan keadaan sosial masyarakat Tasikmalaya yang tidak membedakan status sosial. Batik Ciamis cenderung memiliki gaya batik pesisir karena ada kontak dagang atau hubungan antardaerah pembatikan di pesisir serta diilhami keadaan alam sekitar. Di Garut terdapat motif dengan tema kehidupan masyarakat sehari-hari, antara lain kendi, capung, kupu-kupu, anyaman bambu, dan kurungan ayam.

"Motif batik juga bisa diilhami dari hikayat daerah. Saya sudah membuat sekitar 90 motif batik tentang hikayat. Sebagian besar adalah hikayat Jabar," katanya.

Hikayat itu antara lain tentang Kesultanan Cirebon, Situ Cileunca, dan topeng Cirebon. Kini, seiring dengan perkembangan zaman, batik tak lantas menjadi produk usang. Bahkan penggunaannya oleh masyarakat semakin luas.

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Jabar Netty Heryawan mengatakan, batik kini tidak hanya digunakan dalam acara resmi, tetapi juga santai. Bahkan semakin banyak anak muda bangga mengenakan batik.

"Jabar memiliki potensi besar dalam perbatikan secara produksi ataupun kekayaan motif," katanya. (dwi bayu radius)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com