Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soto Betawi Sejak Tahun 1940-an

Kompas.com - 21/02/2009, 11:43 WIB

Di sela toko-toko penjual barang antik dan alat-alat olahraga di Jalan Padang Panjang, Manggarai, Jakarta Selatan, terselip sebuah warung soto yang dipadati pengunjung setiap harinya. Di bagian depan warung dibentangkan kain putih yang juga berfungsi sebagai papan nama bertuliskan 'Soto Betawi Haji Husen'.

Pemandangan di warung soto betawi milik Haji Husen yang sederhana cukup kontras dengan deretan mobil pelanggannya yang diparkir berjajar di sepanjang Jalan Padang Panjang. Melihat ramainya warung soto betawi tersebut akhirnya Warta Kota singgah di warung tersebut untuk mencicipi semangkok soto betawi buatan Husen serta sepiring nasi putih.

Satu porsi soto betawi buatan Husen antara lain berisi potongan paru, babat, daging, serta lidah sapi, yang sebelumnya sudah digoreng terlebih dahulu. Namun bagi warga yang memiliki selera khusus bisa memilih menunya sendiri, seperti hanya lidah sapi saja atau paru saja.

Ditemui di sela kesibukannya melayani pelanggan, Minggu (8/2) siang, Husen menuturkan bahwa usaha dagang soto betawi yang digelutinya saat ini adalah usaha turun-temurun dari almarhum Kaiban, ayahnya. Dikisahkan Husen bahwa ayahnya sudah berdagang soto betawi di kawasan Manggarai sejak sekitar tahun 1940-an. Husen adalah generasi keempat yang meneruskan usaha dagang soto tersebut.

"Setelah bapak saya, dua kakak saya yang melanjutkan usaha ini. Kemudian menurun ke saya sejak tahun 1964 hingga saat ini," ujar pria asli Pasar Rumput ini. Kini ia menetap di daerah Beji, Depok.

Semula warung soto yang dikelola oleh Kaiban, ayah Husen, terletak di Jalan Minangkabau, Manggarai. Warung soto terseut kemudian pindah pada tahun 1960 ke Jalan Padang, masih di wilayah Manggarai, hingga tahun 1970. "Setelah berdagang di Jalan Padang selama 15 tahun, sekitar tahun 1985 warung pindah ke Jalan Sultan Agung, juga di kawasan Manggarai, dan terakhir pindah ke warung ini tahun 1989 hingga sekarang," ujar Husen.

Soto betawi yang dihidangkan oleh Husen memang cukup menggugah selera. Menu andalannya adalah potongan lidah sapi, paru, serta babat yang dicampurkan ke dalam kuah soto yang gurih karena santannya cukup kental, kemudian dicampur dengan racikan bumbu yang pas.

"Racikan bumbu yang saya buat memang kuncian dari orang tua saya. Tapi yang jelas kuah sup yang saya hidangkan cukup kental sehingga rasa soto menjadi gurih. Sementara untuk daging, lidah, serta paru sapi, agar empuk sebelum digoreng terlebih dahulu saya rebus," ujar Husen.

Habis terus

Semula Husen hanya menjual soto betawi dengan daging Sapi hanya sebanyak 5 kilogram per hari. Saat itu, sekitar tahun 1989, warungnya juga masih berukuran 3 x 3 meter. Namun lantaran jumlah pelanggannya bertambah banyak,  kebutuhan dagingnya juga terus meningkat. Saat ini, setiap harinya Husen butuh satu kuintal daging sapi serta  empat panci besar kuah soto. Untuk bisa menghasilkan kuah soto yang gurih, dalam sehari juga dibutuhkan sedikitnya 60 butir kelapa untuk diambil santannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com