Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinamika Banjar dan Kutai

Kompas.com - 18/02/2009, 08:31 WIB

KALIMANTAN Timur dihuni oleh beragam etnis, tetapi lima etnis terbesar adalah Jawa, Bugis, Banjar, Kutai, dan Dayak. Dua etnis pertama merupakan suku bangsa pendatang yang menurut sensus penduduk tahun 2000 mencapai 47,8 persen dari seluruh penduduk. Adapun tiga etnis lainnya merupakan penduduk asli Kaltim. Etnis Banjar jumlahnya berkisar 14 persen, sementara Kutai dan Dayak masing-masing berada di kisaran 10 persen dari jumlah penduduk Kaltim.

Menurut pengamat kebudayaan Dayak, Roedy Haryo Widjono AMZ, penduduk asli Kaltim adalah Proto Melayu (Melayu Tua) dan Deutro Melayu (Melayu Muda). Melayu Tua diwakili oleh orang-orang Dayak yang mendiami pedalaman, sedangkan Melayu Muda adalah etnis Bulungan, Tidung, Berau, Bayau, dan Kutai yang mendiami daerah sepanjang tepi sungai dan pesisir pantai.

Dinamika etnisitas di Kaltim oleh pengamat sosial Universitas Mulawarman Sarosa Hamongpranoto dilihat berdasarkan wilayah sebaran tiap-tiap etnis, yaitu perkotaan, pedesaan, dan perbatasan. Masyarakat perkotaan terbagi lagi berdasarkan pekerjaan, antara lain pedagang, PNS/birokrat, dan pekerja informal, sedangkan masyarakat pedesaan terdiri dari masyarakat pedalaman dan pesisir. Selebihnya, masyarakat perbatasan, yaitu masyarakat yang menempati daerah transisi antara negara Indonesia dan Malaysia.

Etnis yang mendiami daerah perkotaan didominasi oleh Banjar, Kutai, dan Bugis. Orang Banjar dan Kutai banyak bergerak di bidang perdagangan dan memegang jabatan publik, orang Bugis menguasai perdagangan antarpulau, dan transportasi air, sedangkan Jawa banyak bergerak dalam pekerjaan informal.

Daerah pedalaman masih banyak dihuni oleh orang-orang Dayak dan sebagian orang Kutai, sementara daerah pesisir banyak dihuni oleh orang-orang Bugis yang berprofesi sebagai nelayan. Daerah perbatasan kebanyakan ditempati oleh orang-orang pendatang dari Jawa, Sulawesi, Timor, dan Flores.

Kepentingan elite lokal

Dalam rentang waktu lebih dari setengah abad sejak pemilu pertama pada tahun 1955, partai-partai dengan warna nasionalisme lebih unggul di banding partai dengan warna lain di Kalimantan Timur. Keunggulan tersebut, salah satunya, karena sejarah politik di Kaltim dimulai oleh kaum pergerakan nasional.

Etnis Banjar dipandang turut berperan dalam membangun kesadaran politik dan mengembangkan gerakan politik di Kota Samarinda dan Kota Balikpapan. Pada zaman sebelum kemerdekaan, gerakan etnis Banjar terorganisasi lewat Badan Pembela Republik Indonesia (BPRI), sebuah wadah perjuangan rakyat yang memiliki tujuan untuk menyingkirkan Belanda dari Kalimantan.

Seiring perjalanan waktu, pengorganisasian gerakan politik lebih diarahkan untuk memperjuangkan status Kaltim sebagai daerah otonom.

Puncak dari perjuangan etnis Banjar tersebut, menurut Burhan Magenda (East Kalimantan: Decline of Commercial Aristocracy, 1991), adalah dengan didirikannya Partai Nasional Indonesia (PNI) cabang Kaltim pada tahun 1950. Bagi etnis Banjar, perjuangan melalui partai kemudian diarahkan untuk menguasai jabatan-jabatan strategis di pemerintahan lokal, sekaligus mengimbangi dominasi orang- orang Kutai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com