Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ciliwung Belum Dimanfaatkan Optimal

Kompas.com - 20/01/2009, 09:13 WIB

BOGOR, SELASA - Anggapan bahwa Ciliwung hanya sebagai selokan pembuangan raksasa menyebabkan potensi aliran sungai dan daerah sekitarnya yang bisa dikembangkan sebagai obyek wisata tertutupi. Sebuah fakta yang ironis, Ciliwung yang alirannya cukup besar dan memanjang dari Puncak hingga Jakarta itu tidak pernah dikenal sebagai ikon wisata.

Staf pemasaran Taman Wisata Matahari Dadang Julianto mengatakan, pihaknya sebenarnya berupaya menjadikan Ciliwung sebagai sarana wisata luar ruang dan penyumbang utama kebutuhan air bagi sejumlah wahana yang dimilikinya. ”Namun, selain masalah sampah, debit air sungai tak menentu. Saat musim hujan, air sungai meluap dan saat kemarau kering,” ujarnya.

Master tandem paralayang, David Agustinus Teak (52), yang sering membawa wisatawan terbang sambil melihat pemandangan Puncak mengatakan, setiap menerbangkan wisatawan, ia selalu menunjukkan Ciliwung yang bagian hulunya berada di sekitar Puncak. ”Warga Jakarta biasanya hanya tahu Ciliwung sebagai penyebab banjir. Namun, saat tahu dari udara, mereka pasti tertarik melihatnya,” katanya.

Lody Korua dari Arus Liar, yang bersama Tim Ekspedisi Kompas Ciliwung 2009 menyusuri aliran sungai ini sejak Jumat lalu hingga Kamis (22/1), menambahkan, beberapa bagian Ciliwung dari hulu hingga sebagian batang alirannya, seperti di Puncak hingga Depok, cocok untuk wisata arung jeram.

Tingkat jeramnya termasuk tinggi sehingga khusus di bagian hulu hanya boleh diarungi para pengarung jeram berpengalaman. Namun, potensi untuk dikembangkan sebagai industri wisata air sangat tinggi.

Namun, upaya-upaya sekelompok penggiat wisata alam tersebut untuk lebih mengembangkan potensi Ciliwung belum disambut hangat, baik oleh penggiat wisata lokal maupun pemerintah daerah di Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Jakarta. Yang justru secara luas terpublikasikan, Ciliwung adalah halaman belakang yang harus disembunyikan.

Secara terpisah, Direktur Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Institut Pertanian Bogor Ernan Rustiadi mengatakan, agar sama-sama memberikan manfaat, harus ada kesepakatan bersama dalam mengelola Ciliwung. Kesepakatan itu termasuk menjaga kelestarian alirannya serta menata dan menggali potensinya.

Hasilnya nanti akan dirasakan oleh masyarakat dan pemda. (WAS/MZW/NEL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com