Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meniti Jeram di Hulu Ciliwung

Kompas.com - 19/01/2009, 08:20 WIB

Minggu (18/1) pukul 07.00, kabut tebal masih membungkus Cibulao, Puncak, Bogor, Jawa Barat. Cibulao adalah basecamp Tim Ekspedisi Kompas Ciliwung 2009 dan Arus Liar selama dua hari pertama perjalanan ekspedisi. Dari Cibulao ini, tim ekspedisi meneruskan perjalanan menuju Batu Layang, Cisarua. Batu Layang merupakan titik awal penelusuran di aliran Sungai Ciliwung dengan menggunakan perahu karet.

Lepas dari Jalan Raya Puncak menuju bibir sungai, diperlukan sekitar 20 menit berkendara melalui jalan sempit dan turunan curam. Di lokasi tersebut telah menunggu empat perahu dan sedikitnya 15 pemandu arung jeram yang telah terbiasa meniti jeram di Citarik, Sukabumi, Jawa Barat.

Dari tim Kompas, ada delapan orang yang turut turun menyusur sungai. Sementara enam anggota tim lainnya meneruskan liputan di sekitar Puncak hingga Bendung Katulampa.

Saat pertama kali turun menyusuri aliran Ciliwung, ada dua etape yang harus diselesaikan. Etape pertama sepanjang 3,6 kilometer, yaitu dari Batu Layang menuju Taman Wisata Matahari, dan etape kedua sepanjang 4,3 kilometer dari Taman Wisata Matahari menuju Bendung Katulampa, masih di wilayah Kabupaten Bogor.

”Etape kali ini memang tidak terlalu panjang, tetapi cukup memakan banyak waktu. Dari hasil survei awal kami, pada etape awal penyusuran Ciliwung ini tim ekspedisi akan melewati jeram yang cukup sulit, yaitu jeram level 2 dan 3. Jumlahnya pun cukup banyak,” kata Hendi Rohendi alias Abo, pemandu senior dari Arus Liar, Minggu.

Tak lupa, Abo memberi kursus singkat terkait cara berarung jeram, penyelamatan diri jika terlempar dari perahu dan terjatuh ke sungai, dan menekankan agar semua pengarung berhati-hati. Setelah doa bersama yang dipimpin oleh tokoh masyarakat, pengarungan Ciliwung dimulai.

Benar saja, tak berapa lama setelah iringan empat perahu pembawa tim ekspedisi turun ke sungai, jeram-jeram beruntun langsung menyambut. Setiap orang menahan napas, melepaskan ketegangan dengan berteriak, tetapi binar semangat dan senyuman selalu menghiasi wajah para pengarung.

Ketegangan memuncak ketika salah satu perahu tim terbalik dan melemparkan semua penumpangnya ke dalam air. Meski demikian, penyelamatan cepat dilakukan dan perjalanan dilanjutkan kembali.

Di beberapa titik yang dianggap cukup sulit dilewati, antara lain di sekitar Jembatan Gadog, pengarungan terpaksa dihentikan. Para pengarung harus membawa perahu keluar dari sungai dan baru kembali turun ke Ciliwung setelah lokasi yang berbahaya itu terlewati.

Di tengah pengarungan yang mengasyikkan sekaligus menegangkan itu, turut teramati pula bagaimana limbah dan sampah begitu deras masuk ke badan sungai. Pipa-pipa paralon tampak menjulur menembus tebing sungai mengucurkan air limbah rumah tangga.

Di sepanjang Daerah Aliran Sungai Ciliwung setelah Gadog, sebelah kanan sungai lebih didominasi persawahan, sedangkan sebelah kiri sungai lebih banyak dijumpai tebing curam.

Vila-vila peristirahatan tampak di kanan-kiri sungai di atas tebing Ciliwung. Selain limbah dari vila, rumah warga, dan beberapa usaha kecil, penduduk sekitar juga terlihat masih membuang hajat langsung ke sungai.

Pengarungan mencapai Bendung Katulampa pukul 15.30. Rasa gundah merebak. Apalagi, pada pengarungan Ciliwung selanjutnya, sudah terbayang kondisi sungai yang lebih parah. (NEL/ONG/YUL/WAS/MZW/ MUK/LKT/ELN/RTS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com