Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nelayan Tak Melaut, Gelombang Tinggi Menghantui

Kompas.com - 15/01/2009, 19:42 WIB

MEDAN, KAMIS — Ratusan kapal ikan di Pelabuhan Perikanan Belawan, Medan, bersandar di dermaga. Para nelayan enggan membawa perahu itu ke laut karena cuaca buruk yang terus terjadi dua minggu terakhir. Gelombang tinggi mengganggu mereka memasang jaring ikan di tengah laut.

"Biasanya setiap hari ada 40 kapal ikan yang berlayar. Belakangan jadi hanya 20 kapal saja. Umumnya mereka terganggu oleh cuaca buruk di laut. Kami juga merekomendasikan agar tidak memaksakan diri melaut," kata Kepala Syahbandar Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan, Jatmoko, Kamis (15/1) di Medan.

Jatmoko mengatakan gelombang di Selat Malaka berkisar 2 sampai 2,5 meter. Berdasarkan informasi Balai Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Sumut di tempat yang sama selain gelombang juga terjadi hujan lebat. Hal ini terjadi karena pengaruh dari gangguan cuaca di wilayah utara Australia.

"Syahbandar Pelabuhan Perikanan Belawan merupakan pihak yang berwenang mengeluarkan surat izin berlayar. Untuk kelengkapan alat keselamatan selama berlayar tidak bisa ditawar, pemilik kapal harus menyediakan," tutur Jatmoko.

Kamis siang, aktivitas Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Belawan terlihat sepi. Kesibukan seperti hari pada saat panen ikan tidak terjadi. Sebagian nelayan menghabiskan waktu di geladak kapal sambil memperbaiki badan kapal.

Terempas ombak  

Adi (36) anak buah kapal (ABK) Camar 1 sudah hampir sebulan tidak melaut. Gelombang laut yang tinggi tidak memungkinkan baginya memasang jaring udang di tengah laut. "Setiap kali memasang, selalu terempas ombak," katanya.

Adi dan nelayan lain yang tidak melaut mulai menghadapi persoalan ekonomi. Sebagian dari mereka nekat melaut. Namun, waktu mereka melaut lebih pendek dari yang biasa mereka lakukan. "Sebelumnya kami melaut selama 15 hari, tetapi mereka yang nekat hanya berani empat hari saja," tutur Adi.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Perikanan Gabion Belawan (AP2GB) RB Sihombing mengaku pendapatannya menurun tajam. Kondisi ini menjadi dilema yang tidak mengenakkannya. Memaksakan diri melaut berarti harus menghadapi maut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com