Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Katanya Cinta, Kok Selingkuh Juga

Kompas.com - 20/11/2008, 08:08 WIB

Coba, deh, tanya kepada mereka yang berselingkuh, apakah masih cinta sama pasangannya? Banyak, lo, yang ngakunya masih cinta. Aneh, ya? Katanya cinta, tapi, kok, berselingkuh.

"Habis, istriku nggak bisa diajak 'gaul'. Diajak happy-happy ke kafe atau diskotik aja, enggak mau. Alasannya banyak, yang buang-buang uanglah, kasihan sama anak-anaklah, ngantuklah. Padahal aku, kan, perlu bergaul. Otomatis, lama-lama akhirnya aku jadi nggak nyambung, dong, kalau ngomong sama istri," tutur Soni, sebut saja begitu, pengusaha muda dengan dua anak lelaki usia 5 dan 3 tahun.

Ada pula yang beralasan karena merasa terjajah oleh sikap istri yang dianggap kelewat cerewet dan judes. Bahkan, tak sedikit yang alasannya karena kebablasan sehingga perlu dimaklumi. "Ya, enggak bisa, dong! Dia sendiri, kok, yang memilih bentuk kehidupan semacam itu. Kalau kebablasan, kan, lebih karena ketidaksengajaan," kata Zainoel B. Biran. Bukankah setiap orang harus bisa mengontrol diri dan perilakunya, termasuk mempertimbangkan risiko perbuatannya?

Mengenai kekurangan istri, "ah, itu, sih, cuma alasan yang dicari-cari. Memangnya kalau tak menemukan kekurangan istri lantas si pria enggak punya alasan maupun peluang untuk berselingkuh? Enggak juga, kan?" lanjut Bang Noel, panggilan akrab psikolog sosial dari Fakultas Psikologi UI ini.

Melanggar Komitmen
Merujuk pengalaman Bang Noel menangani klien, ketertarikan fisik menempati urutan pertama dari beragam masalah yang dikemukakan sebagai alasan. Tak heran bila yang dijadikan "sasaran" sebagai WIL biasanya wanita muda usia dengan fisik lebih menarik daripada istri. Tapi banyak juga yang mengedepankan hambatan psikis sebagai alasan berselingkuh. Misal, rasa rendah diri karena istri lebih pintar atau lebih kaya hingga yang bersangkutan merasa tak dihargai.

Disamping, anggapan dalam masyarakat yang salah kaprah, juga ikut memperbesar peluang orang berselingkuh. Sebagai contoh, pria tak pernah dipersoalkan keperjakaannya saat menikah. "Belum lagi tuntutan bahwa pria harus selalu kelihatan jantan. Makanya, begitu mengalami ketidakpuasan seks atau lainnya, pria segera mencari kemungkinan baru." Bahkan, berdasarkan pemikiran analistik, pria ternyata memang lebih membutuhkan variasi saat menghadapi kebosanan atau objek lain yang lebih menarik, termasuk dalam urusan ranjang!

Pokoknya, ada aja alasan yang diberikan oleh para peselingkuh, termasuk ingin cari variasi. Itulah mengapa, Bang Noel amat meragukan kadar cintanya. "Kalau memang tetap cinta pada anak-istri, harus dipertanyakan cinta model apa?" ujarnya. Karena dalam perkawinan yang harmonis, tuturnya, minimal harus ada 3 aspek pokok yang saling berkaitan, yakni passion atau gairah, intimacy atau keakraban, dan komitmen berupa norma-norma sosial serta agama. "Nah, jika dia berselingkuh, kan, berarti dia melanggar tiga aspek tersebut, termasuk komitmen terhadap Yang Di Atas seperti yang disebut-sebut dalam janji nikah," tandasnya.

Tak Perlu Merengek
Meledak marah atau sebaliknya bersikap diam seribu bahasa, jelas tak akan memecahkan masalah. Apalagi kalau Anda malah memilih balas dendam sebagai jalan pintas, "Huh, memangnya cuma dia yang bisa nyeleweng! Aku masih menarik dan bisa juga, kok!" Kalau ini yang terjadi, "Ya, kacau, dong!" tukas Bang Noel seraya melanjutkan, "Siapa nanti yang mau peduli dan mengurusi anak-anak?" Menurutnya, istri model ini sebenarnya cuma menunggu kesempatan untuk mencari pembenaran diri. Soalnya, tak tertutup kemungkinan ia memang ingin atau boleh jadi sudah lama terlibat perselingkuhan serupa.

Jangan pula menyalahkan diri sendiri bila selama ini Anda memang sudah berusaha maksimal menjalankan peran Anda dalam keluarga. "Istri boleh saja sesaat merasa dikhianati dan dicampakkan, tapi jangan pernah menunjukkan sikap memelas hanya lantaran takut berpisah dengan suami." Apalagi sampai terkesan merengek minta dikasihani seolah mengatakan, "Jangan tinggalkan saya dan anak-anak, dong, Mas. Kalau Mas pergi, siapa yang menafkahi anak?" Bila hal-hal semacam ini Anda gunakan sebagai "senjata" untuk mengikatnya, justru akan membuatnya bersikap makin seenaknya. "Makanya, para istri sebaiknya tak pernah menggantungkan nasib pada suami atau siapapun," ujar Bang Noel.

Hal lain yang harus dihindari, jangan pernah membicarakan masalah perselingkuhan pasangan dengan keluarga besar kedua belah pihak. Bukan tak mungkin orang tua atau kerabat yang sejak awal sudah antipati pada pasangan akan memperkeruh keadaan atau bahkan menimbulkan masalah baru. "Tuh, dari dulu, kan, Mama udah bilang kalau dia laki-laki enggak bener! Sekarang terbukti, kan?" Nah, Anda juga yang disalahkan, bukan?

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com