JAKARTA, SENIN - PT Lapindo Brantas menyesalkan hasil keputusan Konferensi Geologi Internasional American of Petroleum Geologists (AAPG) 2008 di Cape Town, Afrika Selatan. Dalam konfrensi tersebut dinyatakan bencana lumpur Sidoarjo merupakan kesalahan pengeboran sumur Banjar Panji 1.
"Keputusan tersebut diambil melalui hasil voting secara tiba-tiba tanpa melalui resume dari paper-paper pembicara. Voting itu tidak mencerminkan suatu diskusi ilmiah dan itu tidak pernah terjadi dalam presentasi ilmiah," kata Wakil Presiden Komunikasi dan Sosial Lapindo Brantas, Yuniwati Terryana, saat konfrensi pers di Hotel Le Merridien Jakarta, Senin(3/11).
Yuniwati menjelaskan, konferensi yang berlangsung tiga hari mulai Minggu (26/10) hingga Kamis(29/10) waktu setempat dihadiri 1.800 pakar di bidang geologi dari berbagai negara. Salah satu rangkaiannya adalah membahas bencana lumpur Sidoarjo yang ketika itu hanya dihadiri 100-120 orang.
Pada sesi tersebut Tim Lapindo memberikan penjelasan tentang bencana Lusi dan dilanjutkan dengan pembahasan sebanyak empat makalah. Anehnya setelah pembacaan empat makalah tersebut, peserta dari Indonesia tidak diperbolehkan untuk bertanya dan voting dilakukan.
Hasilnya 42 ahli geologi menyatakan lumpur Sidoarjo terjadi karena kesalahan pengeboran, 13 ahli geologi menyatakan karena pengeboran dan gempa di Yogyakarta, 16 ahli geologi menyatakan belum bisa menyimpulkan penyebab, tiga ahli geologi menyatakan lumpur Sidoarjo terjadi karena gempa di Yogyakarta serta sisanya tidak memberikan pendapat.
"Parahnya hasil keputusan voting tersebut dianggap mewakili seluruh peserta dan Lapindo Brantas dianggap kalah dan salah," ujar Yuniwati.
Atas keputusan tersebut, lanjut Yuniwati, pihak Lapindo telah mengajukan surat keberatan terhadap panitia AAPG. Pasalnya berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tanggal 27 November 2007 menyatakan bahwa semburan Lusi merupakan fenomena alam, bukan akibat kesalahan dari pemboran.
"Kami juga menginginkan diadakan kembali pertemuan tersebut dan saling mengeluarkan data-data yang dimiliki. Setelah itu dianalisis dan diputuskan bersama bersama," jelas Yuniwati.(C12-08)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.