Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wulan Ayodya, Sukses Kelola Pelatihan Usaha

Kompas.com - 25/09/2008, 08:03 WIB

Kegiatan Ibu tiga anak ini sungguh komplet. Punya usaha sukses, tempat pendidikan, dan penulis buku wirausaha yang laris. Perjalanan usaha perempuan berusia 35 tahun ini pun pantas diacungi jempol.

Apa yang menarik Anda pada bidang UKM?
Sekarang, saya memang mengelola UKMKU, semacam lembaga pelatihan usaha. Namun, basic saya sebenarnya usaha yang sudah dimulai sejak SMP. Semua ini berkat dorongan bapak saya, R. Bambang Mulyo Raharjo. Beliau punya usaha perkebunan dan hotel di Yogyakarta. Namun, kami anak-anaknya, tidak mendapat fasilitas berlebihan. Bahkan, secara keras Bapak mengajarkan pada saya dan tiga adik saya, untuk berlatih usaha.

Sejak saya SD, Bapak sudah melatih mandiri. Bapak dan Ibu tinggal di Yogyakarta, saya dititipkan saudara di Jakarta. Sebulan sekali, orangtua menjenguk saya. Selama itu pula, orangtua tidak pernah memberi uang saku secara berlebihan.

Ketika SMP, Ibu ikut menemani saya dan tinggal di Cirendeu, rumah yang sekarang ini saya tempati. Karena memang tidak pernah mendapat uang saku, sejak kelas 1 SMP saya berjualan getuk, yang saya titipkan di kantin sekolah. Saya juga menjajakan sendiri dengan berjualan di sepeda.

Usahanya lancar?
Enggak laku. Saya ada pesaing seorang ibu yang jualan getuk lindri dengan cetakan dan warna menarik. Di sisi lain, getuk buatan saya sendiri, kurang menarik. Lalu, saya beralih jual agar-agar. Kali ini lumayan laku. Begitu seterusnya, usaha saya bertahap lebih maju. Menginjak bangku SMA lalu menjadi mahasiswa S1 di Ekonomi Manajemen Universitas Pancasila, usaha saya tambah maju lagi. Mulai dari jual beli baju, parcel, menjadi stand guide, saya lakoni. Saya sampai punya beberapa toko di kawasan Mangga Dua.

Setelah ada kerusuhan beberapa tahun lalu, toko saya jual. Sekarang ini, saya punya usaha pompa bensin dan persewaan alat pesta. Setelah jatuh bangun usaha saya lewati, saya menekuni bidang pendidikan. Sudah dua tahun ini, saya membuka tempat pendidikan UKMKU. Saat ini, bentuknya masih kursus.

Kok bisa menekuni lahan pendidikan?
Prosesnya tentu ada tahapan. Sebelumnya, saya dipaksa teman saya SMA, Safir Senduk, perencana keuangan, untuk bicara di seminar. Awalnya saya enggak mau, tapi dia terus memaksa. Dia, kan, tahu latar belakang saya yang sudah bisnis sejak kecil. Katanya, pengalaman saya melakoni usaha kecil, menarik untuk diceritakan. Bersama Safir, akhirnya saya sering bicara di seminar-seminar. Ternyata, peminatnya banyak. Saya pun mulai tertarik dengan pendidikan.

Selanjutnya, saya diajak Pietra Sarosa (managing partner Sarosa Consulting dan penulis buku tentang wirausaha) dan rekan-rekannya menjadi satu tim dengan Pak Rhenald Kasali, seorang pakar manajemen. Pak Rheinald punya program mendidik wirausaha di kalangan mahasiswa. Saya mulai mengajar di kampus STEKPI yang berlokasi di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan.

Saya suka dengan konsep pengajaran yang dibuat tim. Murid tidak diajari teori tapi langsung diajari berusaha. Murid bikin kelompok, lantas praktik langsung buka usaha. Mulai dari cara memproduksi, mengemas produk, sampai bagaimana mereka jualan. Nah, model ujiannya, mereka mempresentasikan usahanya.

Selain itu, Anda mengajar di mana lagi?
Sebenarnya, timnya Rhenald juga bikin program serupa di UI. Hanya saja saya tidak bisa masuk tim karena latar belakang pendidikan saya hanya S1, tak sesuai dengan standar UI. Selain itu, masing-masing anggota tim punya kesibukan sendiri. Pietra Sarosa, misalnya, dia punya lembaga consulting. Saya juga partnership di sana. Sekarang, saya ingin lebih fokus ke UKMKU.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com