Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Media Tanam yang Baik untuk Suplir

Kompas.com - 22/09/2008, 08:15 WIB
SUPLIR terhitung tanaman hias kuno. Dalam artian, masa jaya suplir, sekitar tahun 1980-an, sudah lama berlalu. Namun, hingga saat ini masih banyak orang yang tertarik merawat tanaman yang nama Inggrisnya adalah Maidenhair ini. Mungkin suplir tetap disukai karena hijau daun-daunnya bisa “membuat adem” mata dan suasana.
 
Namun, merawat suplir tidak mudah. Tanaman ini termasuk jenis tanaman hias yang rewel. Segala kerepotan ini akan terbayar lunas ketika suplir mengembang sempurna dengan keelokan hijau daunnya.
 
Salah satu penyebab utama kegagalan dalam bertanam suplir adalah pilihan media yang digunakan. Jika tidak tepat pertumbuhan suplir akan terhambat, bahkan tak mustahil mati. Ini disebabkan karena akar suplir berupa akar serabut yang lembut. Akar lembut ini sangat peka terhadap kondisi terlalu asam, terlalu kering, atau terlalu lembab. 
 
Media yang Baik
Seperti apa media tanam yang baik untuk suplir? Ciri-ciri media yang baik adalah teksturnya poros/remah dan warnanya kehitaman menyerupai kompos. Jika diukur dengan kertas lakmus, dalam kondisi lembab, derajat keasamannya (pH) mencapai 6-7. Jika digenggam, media yang baik akan terasa empuk seperti busa dan jika dilepas akan mengembang kembali seperti sebelum digenggam.
 
Bahan baku sangat memengaruhi kualitas media tanam suplir. Media yang baik biasanya terbuat dari cincangan batang pakis/kadaka, humus dari tanaman kaliandra, atau humus dari daun bambu. 
 
Untuk menambah kesuburan, pada media bisa ditambahkan pupuk. Berdasarkan pengalaman beberapa penghobi, pupuk yang baik adalah pupuk kandang dari kotoran kelinci atau domba. Jika menambahkan pupuk kandang pastikan bahwa pupuk yang digunakan sudah benar-benar “matang”. Matang di sini maksudnya adalah pupuk kandang tadi sudah disimpan selama lebih dari 1 bulan (idealnya disimpan selama 3-6 bulan) sehingga proses fermentasinya sudah benar-benar sempurna. Bisa juga ditambahkan tanah pegunungan (biasanya dijual di pedagang tanaman hias dengan nama “tanah lembang”), sekam padi (sebagai pengganti pasir, untuk memperoleh tekstur poros/remah), dan kapur dolomit (untuk menaikkan pH, jika perlu).
 
Media yang Buruk
Media yang buruk biasanya diakibatkan oleh kesalahan “meracik” campuran. Berikut adalah contoh media tanam yang buruk berikut cara mengatasinya.
  1. Media tanam terlalu padat
Warna media tidak kehitaman. Biasanya terjadi karena komposisi tanah liatnya terlalu banyak. Cirinya, jika diremas tidak empuk dan bila dilepaskan tidak kembali mengembang. Media seperti ini bisa mengakibatkan kebusukan pada akar karena mengikat air terlalu banyak sehingga kondisi media terlalu lembab bagi akar suplir.
 
Untuk memperbaikinya tambahkan pasir/sekam padi, humus, kompos, dan pupuk kandang. Sebelum dicampurkan, bahan-bahan tadi diayak terlebih dahulu. Perbandingan campurannya adalah 6 bagian humus/kompos, 2 bagian pupuk kandang, dan 1 bagian padir/sekam padi. Selanjutnya, aduk campuran ini dengan media yang akan diperbaiki, dengan perbandingan 1 bagian campuran dan 1 bagian media.
 
  1. Media tanam terlalu poros/remah
Media seperti ini berpotensi menyebabkan tanaman suplir mengalami kekeringan. Sebab, dengan butiran yang tidak saling mengikat dan mudah buyar, air tidak dapat tersimpan dengan baik.
 
Memperbaikinya adalah dengan cara meningkatkan kepadatannya, tetapi tidak boleh terlalu padat. Campur tanah lembang dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Selanjutnya campurkan ke dalam media dengan perbandingan 1 bagian media dan 1 bagian campuran.
 
  1. Media tanam belum “matang”
Media tanam semacam ini diakibatkan oleh bahan yang belum selesai mengalami fermentasi. Cara mengetesnya adalah dengan memegang dan membauinya. Jika terasa panas dan baunya tidak sedap, itu tandanya media belum cukup matang.
 
Mengatasinya mudah saja, matangkan dulu media tersebut. Caranya, masukkan media ke dalam karung dan simpanlah di tempat yang teduh selama lebih kurang satu bulan. Jangan lupa untuk melubangi karung sebagai sarana masuknya udara agar proses fermentasi dapat berlangsung sempurna.
 
  1. Media tanam terlalu asam
Jika media terlalu asam (pengukuran dengan kertas lakmus menghasilkan angka pH di bawah 6.0) pertumbuhan suplir bisa terhambat bahkan sampai mati karena keracunan unsur Fe, Mg, dan Al. 
 
Untuk mengurangi keasaman media, tambahkanlah kapur dolomit. Namun penambahan ini tidak boleh sekaligus melainkan sedikit-sedikit agar tanaman tidak kaget dengan perubahan pH yang mendadak. Idealnya, kenaikan adalah sebesar 0,5-1,0 per minggu. Tindakan penaikan pH ini bisa diulang setiap minggu sampai diperoleh tingkat keasaman yang ideal/netral (mendekati pH 6,2). Untuk menaikkan pH sebanyak 0,5-1,0 perlu 2 sendok makan kapur dolomit setiap 3 kg media.
 
Dengan mengetahui mana media yang baik dan mana yang jelek, niscaya kegagalan dalam bertanam suplir dapat dihindari.
 
Sesuaikan dengan Daerah
 
Media tanam suplir, juga perlu disesuaikan dengan kondisi lokasi penanaman. Untuk daerah yang tinggi tingkat penguapannya, disarankan untuk menambahkan tanah liat agak banyak pada komposisi media tanam (namun jangan sampai terlalu padat!). Ini karena, tanah liat lebih kuat mengikat air dan bisa mengurangi penguapan air berlebihan pada media tanam suplir. Dengan demikian, media tanam tidak cepat kering dan akar suplir terhindar dari kekeringan.
 
Sedangkan di daerah yang rendah penguapannya, sebaiknya hindari menggunakan media yang mengandung tanah liat. Sebab, penggunaan tanah liat bisa menyebabkan media kelewat basah dan ujung-ujungnya akar suplir bisa membusuk. Sebaliknya gunakan media yang poros/remah.
 
Kapan Mengganti Media?
 
Mengganti media tanaman suplir dengan yang baru, dilakukan ketika perakaran suplir sudah memenuhi seluruh pot. Tandanya, akar suplir sudah terlihat penuh sesak di dalam pot dan medianya sudah menggumpal dan menempel pada bola akar.
 
Namun, penggantian media ini juga berpotensi menyebabkan kematian pada suplir. Kunci suksesnya penggantian media ini adalah, menjaga agar akar-akar lembut tanaman suplir tidak rusak ketika dipindahkan dari potnya.
 
Sebelum dibongkar, sebaiknya tanaman disiram lebih dahulu sampai cukup lembab agar mudah dikeluarkan dari pot. Cara mengeluarkannya, balikkan pot sampai dasar pot ada di atas. Pegang bagian pangkal tanaman suplir agar tidak buyar berserakan. Selanjutnya, lepaskan potnya perlahan-lahan.
 
Jangan lupa pula untuk segera menyiram suplir yang baru diganti medianya. Jika cuaca sangat panas, siram suplir dua kali sehari.
 
Tanaman suplir yang baru dibeli jangan langsung diganti medianya. Sebaiknya rawatlah dulu tanaman 1-2 bulan untuk memberikan kesempatan beradaptasi dengan lingkungan barunya, baru diganti medianya atau dipindahkan ke pot yang baru. Jika dirasa pertumbuhannya kurang baik tambahkan saja pupuk kandang. (Indri Lidya K./www.tabloidrumah.com)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com