Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerugian Flu Burung Capai Rp4,3 Triliun

Kompas.com - 04/09/2008, 12:51 WIB

JAKARTA, KAMIS - Penyebaran wabah flu burung di Indonesia telah menyebabkan kerugian yang sangat besar dari segi ekonomi. Data terbaru yang dilansir Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (Komnas FBPI) menyebutkan, kerugian ekonomi akibat flu burung sejak 2004 hingga Juni 2008 mencapai Rp.4,3 triliun.

"Dari 2004 hingga Juni 2008, flu burung sudah menyebabkan pengorbanan Rp 4,3 triliun dan itu bukan hanya dari satu sebab, tetapi banyak sebab," ungkap Ketua Pelaksana Harian Komnas FBPI, Bayu Krisnamurthi, Kamis (4/9), saat membuka Workshop Tantangan Penelitian Avian Influenza di Gedung LIPI, Jakarta.

Bayu menjelaskan nilai yang begitu besar itu muncul setelah perhitungan berbagai faktor mulai dari kematian ayam, menurunnya permintaan dari konsumsi rumah tangga, menurunnya konsumsi ayam direstoran dan biaya-biaya lain yang harus dibayar peternak dan pemerintah  dalam mengendalikan flu burung dan pengaruh terhadap sektor lainnya. Namun angka tersebut belum termasuk angka kerugian akibat hilangnya kesempatan kerja dan menurunnya asupan protein pada masyarakat.

Masalah flu burung, lanjut Bayu, saat ini memang masih menjadi persoalan serius bagi Indonesia. Meskipun tren di dunia menunjukkan flu burung mulai dapat diatasi, tetapi dalam beberapa tahun terakhir, daerah endemis flu burung pada unggas di Indonesia semakin lama makin luas.

Data yang diungkap Komnas FBPI menunjukkan, kerugian yang mencapai triliunan itu tidak lepas dari semakin meluasnya daerah sebaran area endemik flu burung yang menyerang unggas di Indonesia.

"Dari 2003 hingga 2007, daerahnya semakin luas. Sekarang, praktis hampir seluruh provinsi menjadi daerah endemis. Tercatat ada 31 dari 33 provinsi, meski tidak seluruh kabupaten di setiap provinsi terkena," ujarnya.

Ancaman flu burung bagi manusia sendiri, kata bayu, masih akan terus membayangi mengingat konsumsi protein dari daging hewan di Indonesia masih tetap tinggi.  Berkaca pada data tahun lalu saja misalnya masyarakat Indonesia tercatat mengonsumsi sekitar 1,2 miliar ekor ayam, sekitar 1,5 juta sapi dan kerbau, 1,3 juta kambing dan 1,5 juta ton ikan.
 
"Barang-barang  kalau bila busuk sedikit saja akan jadi racun. Jadi ancaman penyakit yang berasal dari hewan adalah nyata. Itu riil. Zoonotic disease itu nyatam bukan sesuatu yang berada di laboratorium tetapi nyata dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com