Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dimulai dari Perang Boxer Berakhir sampai ke Bulan

Kompas.com - 23/08/2008, 01:34 WIB

Rene L Pattiradjawane

Selain bangsa Yunani yang dikenal dengan berbagai cerita legenda mencakup langit dan bumi, mungkin bangsa China juga mempunyai mitologi paling lengkap menyangkut kehidupan di bumi dan angkasa raya. Mitologi ini bagi China dijadikan realitas untuk ikut serta dalam eksplorasi angkasa luar yang dilihat sebagai ancaman kompetitif sekaligus peluang bagi potensi kemitraan.

Dalam mitos China, dikenal legenda tentang Chang’e, seorang pu- tri yang tinggal di bulan bersama seekor kelinci, dan menjadi nama bagi instrumen kendaraan luar angkasa yang digunakan RRC untuk memotret seluruh permukaan bulan dalam resolusi tinggi. Sebelumnya, China berhasil mengirim seorang bangsa Han keliling dunia sebagai ”taikonaut” pada tahun 2003, bernama Yang Liwei, mengendarai ”kendaraan dewa” Shenzhou-5.

China memang penuh cerita mitos, termasuk di antaranya Tembok Besar (Changcheng) yang disebutkan sebagai satu-satunya bangunan buatan manusia yang bisa dilihat dari bulan. Mitos ini dimulai dari sebuah buku keluaran tahun 1938 berjudul Seconds Book of Marvels karangan Richard Halliburton.

Sebagai negara ketiga yang mampu mengirim bangsanya ke luar angkasa setelah AS dan Uni Soviet, kekuatan ekonomi China—beserta cadangan devisa yang mencapai 1 triliun dollar AS lebih—secara serius mengejawantahkan legenda Chang’e untuk mengirim bangsa Han ke bulan pada tahun 2020. Proyek raksasa ini akan dimulai dengan rencana mendaratkan kendaraan bulan pada tahun 2012.

Perang Boxer

Gambar foto yang dikirim kendaraan luar angkasa Chang’e dalam resolusi tinggi dan tiga dimensi memungkinkan China memiliki informasi kekayaan tambang yang dimiliki bulan. Informasi batu-batuan dan tambang di bulan itu membuka peluang eksplorasi bagi China untuk menambang helium-3 sebagai sumber energi fusi, menggantikan minyak dan gas bumi.

Menurut para ilmuwan China, bahan helium-3 yang tidak memiliki dampak radioaktif, bisa digunakan untuk pembangkit tenaga nuklir, sanggup memberikan tenaga listrik ke seluruh dunia selama 10.000 tahun. Keberhasilan mengirim taikonaut keliling bumi dan keberhasilan program luar angkasa China mengirim enam kali misi Shenzhou menjadikan RRC masuk ke lingkaran elite tekno-nasionalisme yang hanya menjadi privilese beberapa negara.

Dimulai sebagai petasan dan roket kembang api yang ditemukan oleh bangsa China melalui bubuk mesiu hitam untuk mengusir setan dalam kepercayaan China kuno, program luar angkasa China memiliki akar sejarah yang panjang, termasuk akibat pemberontakan Perang Boxer (1899-1901) sebagai gerakan antiasing dan antiimperialisme.

Akibat Perang Boxer ini, AS memberikan beasiswa kepada mahasiswa-mahasiswa China berbakat belajar di AS. Salah satu penerima beasiswa ini pada tahun 1935, di tengah berkecamuknya perang saudara China, adalah Qian Xuesen, asal Shanghai. Ia kemudian dikenal sebagai pelopor teknologi roket RRC.

Qian kembali ke China setelah dituduh Pemerintah AS sebagai mata-mata komunis dan ditahan selama lima tahun setelah kemenangan Partai Komunis China pada 1949 yang menggulingkan kekuasaan kelompok nasionalis Kuomintang. Program roket RRC dimulai tahun 1955 dan sukses dalam uji senjata rudal nuklir pada tahun 1966.

Sebagai negara Asia, China mampu mengukir kemampuan untuk mengeksploitasi teknologi luar angkasa untuk keperluan damai dan perang dalam spektrum yang lengkap dengan konsep yang komprehensif. Kemampuannya mencakup satelit mikro, misi ruang angkasa berawak, merancang roket, dan kemampuan untuk meluncurkannya jauh ke angkasa luas.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com