JAKARTA, KAMIS - Entah menyindir atau tidak, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan catatannya tentang kecenderungan masyarakat Indonesia yang seringkali hanya bisa melihat kejelekan dan menutup mata dengan segala kebaikan. Padahal, menurutnya masih banyak potensi positif yang bisa digali. Keinginan menjadi yang terbaik--tak sekedar lebih baik-- menurut Presiden pasti bisa dicapai asalkan punya mental yang kuat. Salah satunya dengan membangun the culture of excellence.
Presiden pun memaparkan perbedaan antara orang yang optimistis dan pesimistis. Orang yang pesimistis, selalu melihat segala sesuatu dari sudut pandang persoalan. Sedangkan orang yang optimistis, selalu melihat ada jalan keluar dari setiap persoalan.
"Ini adalah pilar dari can do spirit, mental harus bisa! Menghadapi segala persoalan dengan tegar, tidak boleh mengeluh, tidak boleh cengeng. Tapi kita yakin there must be a solution. Orang seperti inilah yang bisa mengubah krisis menjadi peluang," kata Presiden saat memberikan sambutan pada Penghargaan Achmad Bakrie di Hotel Nikko, Jakarta, Kamis (14/8) malam.
Lanjut Presiden, "Kalau kita pesimis, yang kita lihat masalah dan kita tidak berbuat apa-apa dan kita kalah. Kalau optimis, kita mencari akal, berikhtiar, berinovasi menemukan jalan keluar dari masalah dan kita menang." Catatan berikutnya yang disampaikan Presiden, perlunya menumbuhkan budaya apresiasi. Selama ini, masyarakat Indonesia menurutnya 'pelit' untuk berterima kasih dan mengakui kelebihan orang lain.
"Apalagi memberikan penghargaan. Marilah kita jadi bangsa yang berjiwa besar dan pandai berterima kasih. Kita biasanya mudah menyalahkan, cepat menghukum, menghardik tapi kurang ruang untuk mengapresiasi dan berterima kasih pada yang lain," kata Presiden.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.