Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi Seksi II Boyolali Ngusman, Minggu (10/8), mengatakan, titik api dari bagian bawah tebing anak Gunung Merapi itu dipastikan disebabkan oleh manusia, tetapi belum diketahui karena kelalaian atau kesengajaan.
Titik api di Wonodoyo muncul dari Petak 61 dan 62 Gunung Bibi, anak Gunung Merapi, Sabtu pagi. Penanganan awal diambil alih petugas Balai Taman Nasional Gunung (BTNG) Merbabu karena pada saat bersamaan petugas BTNG Merapi masih berupaya memadamkan kebakaran di Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, yang menghanguskan sekitar 23 hektar hutan di Gunung Merapi.
Setelah api di Tlogolele padam Sabtu siang, pemadaman api di Wonodoyo kembali ditangani BTNG Merapi. Dari penyelidikan sementara, kata Ngusman, titik api di Tlogolele juga akibat ulah manusia. Tidak jauh dari lokasi kebakaran, petugas menemukan sisa pembakaran arang.
Kebakaran di Gunung Bibi, Wonodoyo, juga membakar sekitar 500 meter pipa paralon yang menuju Dusun Wonopedut, Kecamatan Cepogo, dan Desa Suroteleng, Kecamatan Selo.
Menurut Sekretaris Kecamatan Cepogo Karyono Utomo, pihaknya mengupayakan bantuan untuk memperbaiki pipa air yang dibuat dari dana masyarakat dan bantuan Pemerintah Kabupaten Boyolali. Sambil menunggu perbaikan, warga mendapat pasokan air bersih dari Perum Perhutani.
Minimal 10 tahun
Pemulihan kondisi TNG Ciremai di Jawa Barat diperkirakan perlu waktu minimal 10 tahun. Kebakaran yang melalap 236 hektar lahan itu menghanguskan semak dan pepohonan. Pepohonan untuk penghijauan di Desa Setianegara, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, hangus terbakar. Sebagian lagi kering kepanasan. Bekas kebakaran dua tahun lalu juga belum pulih.
”Penanaman butuh tenaga ekstra karena wilayah bekas kebakaran hutan sebagian tidak terjangkau kendaraan bermotor. Untuk menumbuhkan pohon pinus tidak cukup waktu 5 tahun,” kata Kepala Seksi Pengelola TNG Ciremai Wilayah I Linggarjati Maman Surahman.
Menurut Maman, sebagian wilayah Gunung Ciremai yang terdiri atas semak-semak memang rawan kebakaran. ”Kebakaran terakhir yang kami tangani disebabkan bekas perapian perkemahan yang tidak dipadamkan secara sempurna. Sebelumnya karena pembakaran sampah dan puntung rokok,” ujarnya.
Pemadaman bukan hal yang mudah. Petugas hanya mempunyai satu kendaraan pemadam. Untuk memadamkan hutan, mereka harus bolak-balik naik turun gunung untuk menyedot air. Beratnya medan membuat kecepatan kendaraan terbatas, 30 kilometer per jam. Di sisi lain, api sangat mudah menjalar karena angin kencang. (NIT)