Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Keelokan Gunung Kelud

Kompas.com - 22/07/2008, 07:10 WIB

Angela (18) nekat menerobos pagar besi pembatas zona berbahaya yang berjarak 1,5 kilometer dari puncak Gunung Api Kelud di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, pertengahan Juni lalu.

Setelah berputar melalui jalan tikus di lereng sebelah kiri yang hanya cukup dilalui satu orang, perempuan muda itu kembali menapaki jalan beraspal hotmix. Jalan itu merupakan jalur utama menuju puncak gunung yang pernah tersohor karena keindahan danau kawahnya itu.

Tidak ada rasa takut walaupun ia telah memasuki zona berbahaya di kawasan gunung api itu, sebagaimana ditetapkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung (PVMBG). Dia malah kian berani karena tidak sendirian. Semakin siang semakin banyak pengunjung yang datang. Bahkan, tiga minibus membawa rombongan wisatawan pengurus Masjid Al Akbar Surabaya, melaju melewati pagar setelah ada petugas yang membukakan pintu.

Di musim liburan sekolah awal Juli 2008, Kelud dipadati ratusan anak di bawah umur yang berwisata. Dengan polos mereka bermain hingga ke dasar kubah lava Kelud tanpa pengamanan.

Pemandangan itu sangat ironi. Pasalnya, Kepala Pos Pemantau Gunung Kelud Khoirul Huda telah berkali-kali menyatakan bahwa PVMBG masih menetapkan gunung itu berstatus waspada. Itu berarti, Kelud belum boleh dibuka untuk masyarakat umum, apalagi sampai melewati batas zona berbahaya.

”Kami tidak bertanggung jawab atas keselamatan pengunjung yang nekat memasuki zona berbahaya. Kalau terjadi sesuatu, tanggung sendiri risikonya,” ujar Khoirul.

Status waspada ditetapkan pascaletusan pada November 2007. Status waspada belum dicabut walaupun aktivitas kegempaan mulai menurun, dengan frekuensi di bawah 10 kali per hari. Itu pun gempa skala kecil.

Ada banyak faktor yang menjadi pertimbangan, di antaranya pengamat gunung berapi masih mempelajari kondisi Kelud setelah terjadi perubahan karakter yang signifikan. Gunung Kelud sebelumnya mengeluarkan letusan secara eksplosif (menyemburkan material). Tetapi, pada tahun 2007 letusannya menjadi efusif (mengalirkan).

Letusan efusif itu juga mengakibatkan perubahan karakter lain, yakni muncul kubah lava berupa material padat berbentuk pasir dan batuan berwarna hitam, menggantikan danau kawah berwarna hijau. Kubah lava itu terus mengeluarkan asap belerang dan menimbulkan hawa panas di sekitarnya.

Posisi batu-batuan pada kubah lava juga belum stabil sehingga rawan longsor apabila terjadi tiupan angin kencang atau terjadi gempa berkuatan agak besar. ”Butuh waktu satu sampai dua tahun untuk menunggu perubahan karakter Gunung Kelud mencapai kestabilan sehingga kita bisa mengambil kebijakan,” ujar Khoirul.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com