Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Burung Belibis dan Puyuh

Kompas.com - 21/06/2008, 13:32 WIB
MENIKMATI makanan khas suatu daerah yang saya kunjungi sudah sejak lama menjadi salah satu kegemaran saya. Apalagi jika sajian itu didapatkan melalui perjalanan panjang.

Pertengahan pekan ini, saya dan beberapa wartawan Jakarta diundang PT Adaro, sebuah perusahaan pertambangan di Tabalong, Kalsel. "Beruntung" saya dan teman-teman ketinggalan pesawat yang hanya sekali menjalani rute Banjarmasin-Tabalong. Di Bandara Syamsuddin Noor, Banjarmasin, kami diberitahu bahwa penerbangan perintis sudah berangkat ke Bandara Warukin di Tabalong sehingga kami harus menempuh perjalanan darat.

Jarak Banjarmasin-Tabalong harus ditempuh melalui perjalanan darat selama sekitar 4 jam. Jalanan mulus beraspal membuat perjalanan menjadi sangat lancar. Sesekali kemacetan kami temui di sekitar SPBU. Setidaknya ada enam SPBU yang harus kami lewati.

Krisis BBM yang melanda Kalsel dalam beberapa pekan ini sangat kental terasa. Antrean pembeli BBM selalu memanjang. Di SPBU yang sudah dipasangi pengumuman pertanda habis masih juga ada mobil yang antre.

Namun, belasan mobil dan truk yang antre itu sudah tidak ada sopirnya. Kata penduduk di sekitar SPBU, sopir sengaja meninggalkan mobilnya agar mereka bisa mengisi lebih awal kalau BBM di SPBU itu sudah dipasok lagi.

Setibanya di Kabupaten Kandangan perut sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Maklum, kami berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta sejak pukul 06.00 dan rata-rata tidak sempat sarapan pagi. Saat itu, sopir kami yang warga setempat membelokkan mobil ke halaman RM Borobudur.

Dalam bayangan saya, inilah saatnya menikmati makanan khas daerah. Tetapi dari daftar menu yang disodorkan pada kami, tidak ada makanan khas daerah yang disediakan. Ternyata yang kami masuki adalah rumah makan khas Jawa Timur sehingga menunya pun tidak beda dengan yang ada di Jawa.

Ketika semua teman sudah memilih menu, saya masih mengulik daftar menu. Ada satu menu Burung Goreng. Saya tanya sopir, ini burung apa? "Biasanya burung belibis," kata Pak Sopir.

Seumur-umur saya memang belum pernah makan daging burung belibis. Tentu ini akan menjadi pengalaman yang sangat menarik. Mereka yang memesan ayam goreng, ikan goreng, bebek goreng, hingga gado-gado sudah asyik menikmati menu siang itu. Sedangkan saya masih menunggu pesanan "Burung Belibis".

Sambil menunggu pesanan, saya ngobrol dengan sopir. "Sebenarnya di sini tidak ada makanan khas. Kalau ada ya cuma dijual hari Jumat dan Sabtu saja," katanya.
Sayangnya, Pak Sopir itu tidak tahu apa namanya. Tetapi dia bisa menjelaskan apa makanan khas itu. "Isinya ketupat, diberi bumbu seperti kuah, dimakan dengan kentang goreng," katanya.

Selagi kami ngobrol, beberapa teman tertawa cekikikan melihat menu pesanan saya yang diantar seorang karyawan rumah makan itu. Begitu melihat apa yang tersaji di atas piring, saya hanya tertegun tak percaya.

Diiringi tawa orang-orang di sekitarku, saya amati burung goreng yang sudah siap di depan saya. Saya sempat bertanya, "Ini kodok apa burung?" Apa yang saya lihat memang mirip kodok. Posisinya telungkup, kedua sayap dan kepala dilipat ke dalam dada yang sudah dibelah. Orang akan bisa langsung tahu, jika sudah membalik posisi burung itu.

Dan, ternyata itulah burung goreng pesanan saya. Kontan saja berbagai komentar bersahutan. "Masih untung itu bukan burung emprit!" Ternyata yang namanya burung goreng di rumah makan itu hanyalah burung puyuh goreng. Burung puyuh goreng sudah sangat akrab di lidah saya karena makanan jenis itu banyak dijual di Jawa.

Kontan saja saya protes kepada sopir yang merekomendasi menu saya tadi. "Mungkin burungnya lagi beli bis Pak!" katanya. Kontan saja semua orang tertawa terkekeh-kekeh.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com