Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendidikan Seni Bukan untuk Mencetak Anak Jadi Seniman

Kompas.com - 24/05/2008, 17:05 WIB

Magelang, Sabtu--Pendidikan kesenian bagi anak-anak bukan untuk mencetak mereka menjadi seniman melainkan lebih diutamakan untuk melatih anak-anak membangun kemampuan berapresiasi. Hal itu disdampaikan oleh seniman tari dari Yogyakarta, Didik Nini Thowok.

"Pengenalan seni sejak dini bukan menjadikan mereka seniman tetapi melatih dan menanamkan apresiasi, sehingga kalau sudah dewasa, apa pun profesinya akan beda antara yang pernah mendapat pelajaran seni dengan yang tidak," katanya, di Magelang, Jawa Tengah, Sabtu, saat lokakarya dan seminar nasional bertajuk "Seni Tradisi Tanggung Jawab Siapa".

Didik mengatakan, berbagai nilai seni bermanfaat untuk mengasah rasa dan keindahan. Didik yang berdarah campuran antara Cina dan Jawa kini menjadi penari tenar di dalam dan luar negeri, mengaku bahwa sejak kecil dia diajak orang tuanya menyaksikan pertunjukan wayang. Didik juga mengaku bahwa ibunya memang seorang penari.

Penanaman nilai-nilai kesenian, katanya, lebih intensif di lakukan dalam lingkungan keluarga. "Lewat keluarga, kalau guru di sekolah waktunya terbatas, kalau dari kecil sudah kental seni maka akan memiliki rasa, keindahan, sopan santun, dan ramah tamah yang lebih baik," kata Didik yang bernama asli Didik Hadi Prayitno.

Ia mencontohkan, anak-anak sekolah di Jepang wajib menonton kesenian tradisional dalam rangka mendidik apresiasi mereka. Pada kesempatan itu, Didik juga menyatakan kemasan seni tradisional akan memiliki daya tarik khusus terutama bagi kepentingan kepariwisataan.

Generasi muda yang umumnya enggan terhadap kesenian tradisional, katanya, juga akan terpikat oleh kesenian tradisional dalam kemasan. "Jangan terpaku budaya pop, tapi memang kesenian tradisional perlu kemasan supaya menarik," katanya.

Ia mengatakan, kemasan suatu kesenian tradisional harus didasari dengan kekuatan seni tradisi itu sendiri dan memahami secara baik kesenangan publik.

Misalnya, katanya, belajar menari tidak cukup hanya menyangkut seni gerak tetapi harus memahami dengan ruh tarian. "Tetapi harus menyatu dengan ruhnya, seniman sekarang umumnya tidak mempelajari ruh, sehingga hanya kulitnya. Pengalaman saya belajar menari biasanya mengikuti tradisi dan ritual di tempat asal tarian," katanya.

Ia juga menyatakan pentingnya pada era kesejagatan ini seniman membangun jejaring dan memiliki website supaya memudahkan akses ke seluruh dunia. (ANT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com