Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pangeran Diponegoro Pahlawan Budaya

Kompas.com - 14/05/2008, 15:07 WIB

Banyak orang menganggap Pangeran Diponegoro yang mengobarkan Perang Jawa (1825-1830) berjuang atas nama atau membela agama. Sesungguhnya Diponegoro dalam perjuangannya melawan penjajah Belanda yang didukung penguasa Mataram menyandarkan spirit perjuangannya pada nilai-nilai kultural dalam masyarakat setempat. Oleh karena itu, dia lebih layak mendapat gelar Pahlawan Budaya.

"Diponegoro menghayati dirinya sebagai seorang pangeran Jawa. Walaupun ketika melawan Belanda ia menyatakan berjuang di jalan Allah, tetapi dalam otobiografinya Diponegoro sering mempersonifikasi dirinya sebagai Arjuna. Dia membayangkan dirinya seperti Arjuna maju ke medan perang dalam Bhagawat Gita karena harus berhadapan dengan saudara-saudaranya sendiri, para bangsawan Mataram," ungkap budayawan Sardono W Kusumo, Minggu (11/5), di Solo.

Penjelasan Sardono itu terkait dengan rencana pementasan "Opera Diponegoro" di Pagelaran Keraton Yogyakarta, 20 Mei. Pergelaran ulang repertoar karya Sardono itu adalah prakarsa Sultan Hamengku Buwono X untuk memperingati 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Pementasan ini juga melibatkan 10 penari klasik keraton serta lima abdi dalem putri Keraton Yogyakarta.

Buku terbaru karya Peter Carey, The Power of ProperchyPrince Diponegoro and The End of An Old Order In Java 1785-1855 (2008) memuat analisis, siapa sesungguhnya Pangeran Diponegoro dan perjuangannya dalam Perang Jawa, yang menguras kas Pemerintah Belanda hingga 20 juta gulden, berdasar otobiografi yang ditulis Diponegoro sendiri. Carey, penulis Asal Usul Perang Jawa, dalam buku terbaru itu merujukkan spirit kejawaan Diponegoro pada epos Mahabharata.

"Carey menempatkan Diponegoro sebagai produk budaya Jawa, mentransformasikan pemahaman tentang mitos wayang, tetapi bukan serta merta menyamakannya," papar Sardono. Oleh karena itu, Diponegoro lebih tepat disebut sebagai cultural hero atau pahlawan budaya ketimbang pejuang pembela agama. Konflik batin

Pada Perang Jawa itu Diponegoro menghadapi konflik batin hebat karena harus berhadapan dengan saudara-saudaranya sendiri, raja dan kalangan bangsawan Kesultanan Yogyakarta. Di situlah dia mengibaratkan diri sebagai Arjuna yang melawan Karna serta para Kurawa yang sebenarnya masih sesama keturunan Bharata.

Carey mengungkapkan, di kalangan bangsawan Yogyakarta terjadi pro-kontra tentang Perang Jawa. Altianto, seorang kerabat Keraton Yogyakarta menilai Keraton Yogyakarta dan bangsawan menghadapi posisi amat sulit menghadapi Perang Jawa. "Situasi saat itu sangat politis," kata Altianto. (ASa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com