Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengalah untuk Menang

Kompas.com - 27/04/2008, 01:30 WIB

 

 

 

Geger Riyanto

Dalam kompetisi, kelemahan dapat diterjemahkan sebagai kekuatan. Mereka yang dianggap lemah, tidak dijagokan alias underdog, justru akan bermain tanpa tekanan karena dipandang sebelah mata oleh lawannya maupun penonton.

Toh, politikus atau pengusaha mana yang akan menggubris dua sosok kartunis yang hanya lulusan sebuah institut kesenian sebagai ancaman? Tetapi itulah strategi yang juga mereka gunakan dalam kartun mereka, mengalah untuk menang. Menikam tanpa disadari bahwa mereka sedang menikam.

Kartun pasca-kolonial

Bre Redana menyebut kartun mereka menyajikan sesuatu yang apa adanya, tanpa kelihatan ingin mengarifkan diri, namun berpihak kepada rakyat. Dalam kata pengantarnya untuk buku kumpulan kartun, Jakarta Luar Dalem itu Bre menggolongkan kartun mereka sebagai realisme sosial.

Menurut saya, kartun mereka tidak hanya menggambarkan kenyataan. Sebab tidak dengan sendirinya kenyataan yang disajikan dalam karya seni lalu menimbulkan keberpihakan kepada rakyat, tetapi mesti dioperasionalisasikan terlebih dahulu melalui benak pengarangnya. Dan yang Benny dan Mice lakukan adalah mempermainkan, dan mengaduk-aduk kenyataan itu—kenyataan Jakarta yang telah mereka geluti sejak buku pertama mereka.

Tentu pada kenyataannya, tidak ada yang mengenakan anting sangkar burung dan anting ember seperti yang Benny dan Mice tampilkan dalam kartun. Tentu tidak ada yang sampai memakai kawat beneran untuk menandingi tren kawat gigi di antara anak-anak muda metropolitan, kecuali sosok kartun mereka.

Di atas kanvas tipis putih itu, mereka menumpahkan kegilaan yang hendak—namun tak mungkin—mereka sampaikan di ranah nyata. Yang hendak mereka lakukan adalah mengganggu keseimbangan nan absurd yang berlaku di Jakarta.

Jakarta tidak pernah menjadi metropolitan sebagaimana metropolitan di Barat. Tubuh warga Jakarta bukanlah tubuh Barat. Ketika kehendak mereka memerintahkan untuk mengidentifikasi diri semirip mungkin dengan Barat, ketidaksadaran mereka selalu menjegal. Di sinilah timbul keabsurdan itu. Orang membeli telepon seluler canggih, laptop mahal, sound system mobil yang dahsyat tidak lagi berdasarkan fungsinya, tetapi untuk kecanggihan diri yang seolah-olah.

Bagi Benny dan Mice ini persoalan. Walau begitu, mereka tak pernah menunjukkan ketidaksetujuannya dengan lagak menggurui. Dalam hal ini, mereka memiliki dua strategi yang saling berjalin kelindan. Pertama, mengalah; dan kedua, mimikri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com