Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remy Silado Membocorkan Naskah Drama Musikalnya

Kompas.com - 21/03/2008, 13:27 WIB

SETELAH meraih gelar juara dunia dengan menggondol 15 medali emas di Jerman pada 19th World Festival of Children's Theatre di Lingen, Jerman pada tahun 2006, dan tahun sebelumnya meraih gekar grup terbaik pada Festival Teater Anak-anak Tingkat Asia-Pasifik di Toyama, Jepang, Teater Tanah Air (TTA) kembali segera unjuk gigi di Jakarta. Pada 29-30 Mret 2008 mendatang  TTA akan mementaskan drama-musikal yang ditujukan bagi remaja alias ABG dengan mengangkat lakon Bawang Merah Bawang Putih Bawang Bombay karya Remy Silado. Drama musikal ini akan diwarnai secara kental lagu-lagu The Beatles yang telah mengalami penyelarasan, di bawah arahan sutradara sekaligus pendiri TTA, Jose Rizal Manua dan melibatkan dua artis internasional dalam penggarapannya. Beberapa waktu yang lalu Jose Rizal telah memberikan jawaban atas sejumlah pertanyaan sekitar pementasan yang diajukan humas pementasan lakon ini, Rama Tharani, melalui wawancara yang dilakukan pada 15 Februari. Berikut penjelasan sang penulis naskah, Remy Sialdo, juga kepada Rama Thaharani seputar lakon tersebut.


Bagaimana awal mulanya sampai membuat naskah untuk pertunjukan ini?
Setelah pementasan saya tahun 2005 di GKJ, di situ Jose Rizal jadi Raja. Setiap kali habis pementasan saya selalu membuka diskusi, tanya jawab dengan penonton. Ada orang bertanya, setelah ini cerita apa lagi yang punya latar kesenian rakyat yang mau digarap? Saya, terucapkan secara bergurau saja sebetulnya, “Bawang Merah Bawang Putih Bawang Bombay lah.” Orang-orang tertawa, 'Kok bawang bombay…' Lalu Jose bertanya, 'Kapan selesainya? Biar kita garap'. Padahal saya bergurau. Tapi ya sudah, karena ditantang harus menggarap itu; dan Jose bilang, 'Cepatlah, buat!' Nah jadilah saya buat. Tapi pertama kali untuk Tarakanita. (Sebab) ketika saya sedang bergagas-gagas untuk menulis, ndilalah Tarakanita minta. Ya sudah, di-tryout di situ dulu. Tahun lalu, saya sendiri yang pegang, saya menggarap semuanya. Semua anak-anak itu, kecuali penata tarinya, dari IKJ.

Di luar keceplosan itu tadi, apakah ada alasan lain?
Saya memang mau menggambarkan, selama ini kan (karakter yang) jahat itu hanya (ada) di satu tokoh, Bawang Merah. Saya mau buat gambaran lain lagi, bahwa di belakang (si) jahat itu ada lagi tukang hasut. Kira-kira menggambarkan secara plastis keadaan sekarang, bahwa yang terhukum menjadi jahat itu karena kebetulan dilihat dia melakukan kejahatan. Tapi yang tidak dilihat, siapa yang menghasut sampai terjadi kejahatan. Di sini yang saya gambarkan Si Bawang Bombay. Dia lah sebetulnya penghasutnya, yang menyebabkan orang jadi jahat.

Artinya mau menyodorkan bahwa selama ini orang melihat dari luar saja, bahwa di permukaan yang jahat itu… pelakunya. Padahal di belakang pelaku itu ada lagi sebetulnya yang sembunyi. Si Bawang Bombay itulah tukang hasutnya., sehingga ekspektansi Mas Remy ke audiens adalah mereka bisa melihat itu?
Saya kira penonton bisa lihat di situ. Sudah jelas, sangat verbal, dan sangat visual sekaligus. Ditampilkan, sosoknya nampak kasat mata dan kelakuannya memang sangat jahat. Mencari keuntungan dari kejahatannya itu. Sebuah naskah yang gampang diterima, kira-kira yang memang selalu harus ada tokoh yang memerankan kejahatan di situ. Itu baru cerita bisa menarik. Kalau tidak ada tokoh jahat, cerita sangat datar. Nah Bawang Bombay ini memang nakal sekali. Dia nakal, jahat, tapi untuk kepentingan dia pribadi semuanya.

Apakah memang disengaja untuk sangat literal?
Ya, supaya nampak saja. Selama ini kan tokoh jahat itu ada di belakang. Di sini, ditampilkan, visual. Jadi dia lah yang sebetulnya dihadirkan di sini sebagai biang kerok dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh Bawang Merah. Banyak kan yang seperti begitu sekarang kita lihat di dalam permukaan tatanan politik kita? Begitu.

Nantinya kan naskah ini dimainkan oleh anak-anak…
Ya memang segmentasinya di sana.

Segmentasi untuk pemain atau penonton?
Dua-duanya. Jadi yang dimainkan oleh anak-anak, tapi juga yang bisa ditonton oleh anak-anak. Jadi bukan semata-mata tontonan untuk anak-anak, tapi yang bisa ditonton oleh anak-anak. Tapi sebetulnya moralitas yang mau diusung di sana itu kan juga untuk orang tua. Sebab kejahatan yang dilakukan itu justru oleh orang tua. Anak-anak kan bukan melakukan kejahatan, tapi kenakalan.

Kalau yang menonton maupun yang memainkan bukan anak-anak, apakah naskahnya akan berbeda?
Tidak, sama saja. Artinya kalau sekarang dimainkan oleh anak-anak, anak-anak itu kan dipersiapkan untuk menjadi dewasa. Segmentasi tontonan untuk anak-anak, yang bisa ditonton oleh anak-anak, dan yang dianggap menjadi tontonan anak-anak, otomatis pasti ditonton oleh orang tua yang mengantar anaknya ke gedung kesenian. Di situ keuntungannya membuat cerita anak-anak. Seperti misalnya Oliver Twist; pelakunya anak-anak, tapi yang menonton orang dewasa.

Dan moral of the story-nya juga untuk orang dewasa?
Iya, itu makanya kan. Ada keuntungan ke sana; kalau kita buat cerita untuk anak-anak, dimainkan oleh anak-anak, otomatis orang tua nonton.

Ketika Mas Remy tahu bahwa yang main adalah Teater Tanah Air (TTA), apakah Mas Remy punya ekspektansi tertentu?
Saya percaya bahwa siapapun yang memainkan ini, apalagi Jose, dia sudah punya kemampuan dan punya kebebasan utnuk menafsir ulang. Waktu saya pertama kali mementaskan itu, Jose sempat datang satu kali ke latihan. Dan pasti dia berbeda dengan yang saya garap. Pasti. Sebab dia punya kreativitas dan visi yang berbeda dengan saya. Dan itu justru sesuatu yang memperkaya dunia imajinasi kesenian kita. Jose memiliki kemampuan di sana. Di mana-mana yang namanya interpretasi itu bukan barang eksakta. Interpretasi itu 1+1=19.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com